Konflik bermula dari desakan sang nenek kepada anak lakinya (duda) agar segera cari suami buat gadis tertua. Sementara itu, si bapak dari 3 gadis itu emoh menjodohkan anak gadisnya. Si gadis sinis duluan sama laki, dia lebih suka mojok di dapur ngurus keperluan makan keluarga. Sikapnya ini menjadi halangan untuk adiknya yang sudah punya pacar. Tradisi jaman itu melarang adik kawin duluan melangkahi sang kakak. Nah!
Ohya, ada yang ketinggalan: sang nenek diperankan oleh Fifi Young, sang bapak diperankan oleh Hassan Sanusi.
Upaya cari laki buat si Nunung kian hari kian gencar. Ada mahasiswa, ada temen kerja si bapak, ada pula sederetan laki sepupu di Bandung. Namun gagal maning-gagal maning. Malah adik si bungsu ujug-ujug bilang sudah lamaran dan minta segera dinikahkan. Konflik meruncing karena calon suami si adik adalah lelaki yang dicintai oleh si bungsu dan mereka nyaris pacaran.
Pada puncak konflik, muncullah ide cemerlang dari si bungsu. Dia menemukan cara bagaimana agar dua kakanya ketemu jodoh yang sesuai. Dua laki itu sudah di depan mata sejak lama namun salah ambil pasangan. Di sinilah si bungsu cari akal agar mereka mau berpasangan. Penyelesaiannya di kota Bandung, ketika si bungsu "dibuang ke sono" untuk dijodohkan dengan sodara sepupu.
Secara keseluruhan, gue tercengang dengan mutu film Tiga Dara. Hanya 10 tahun sejak Indonesia merdeka, kita mampu melahirkan karya film sebagus itu. Romantis, kocak, dan menghibur. I love this!
Kalian yang belum pernah nonton, monggo liat cukilan / trailer di sini ( Film Klasik Tiga Dara) atau di sini (trailer resmi film Tiga Dara di youtube
Pesan dan Kesan Pak Yoki Soufyan (team restorasi)
[Tadinya gue pengin wawancara dengan beliau untuk mencatat apa saja yang terkait dengan restorasi film Tiga Dara. Langsung dari sumber A1, hehehe. Eh kebeneran deh, beliau malah menawarkan nyumbang tulisan dimari. Pak Yoki bilang dia pengin nulis kesan dan kesannya yang tak terlupakan. Nah pembaca, berikut ini gue kutip tulisan Pak Yoki di bawah ini yang dikirim by email pada Sabtu dini hari yang baru lalu, sekaligus ini menutup postingan gue:]
Saat pertama kali saya diinformasikan oleh Panitia FFI 2016, untuk memberikan kata sambutan pada acara “Peluncuran Festival Film Indonesia 2016 dan Pemutaran Perdana Film Tiga Dara Hasil Restorasi 4K”, saya merasa sangat percaya diri dan memutuskan untuk tidak membawa contekan saat berpidato kelak.
Mengapa demikian? Bukan karena saya sudah terbiasa memberi kata sambutan pada acara-acara resmi, tidak juga karena saya sedemikian cerdasnya. Tapi lebih kepada karena saya (dan tim tentunya) sudah menjalani proses restorasi film Tiga Dara ini, sejak tahun 2013! Saya merasa sudah sangat paham dengan segala sesuatu tentang restorasi film Tiga Dara! Tidak ada yang perlu saya catat, semuanya lengkap terekam di kepala Saya!