[caption caption="Yusril Ihza Mahendra vs Ahok"][/caption]
Hasrat Prof.Yusril Ihza Mahendra untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 lawan Ahok tentu disambut gembira oleh kubu Ahok. Mengapa? Ibarat main bulu tangkis, Yusril adalah bintang masa lalu yang kian meredup termakan usia. Sedangkan Ahok adalah bintang masa kini yang sedang ngacir di puncak orbit.
Sejarah membuktikan bintang lawas (hampir) selalu tewas dilibas bintang gres, dalam (hampir) setiap arena tanding.
Tapi, wajar bila petinggi parpol PKS, Hidayat Nur Wahid, beri isyarat mendukung Yusril untuk head-to-head melawan Ahok (detik.com, Kamis, 04feb2016). Sebab Hidayat gagal belajar dari sejarah ketika dia keok lawan Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta sebelumnya. Ketika itu, Hidayat adalah bintang masa lalu bekas Ketua MPR, Jokowi bintang masa kini dan masa depan, Walikota Solo.
&&&
SEKELEBET SEJARAH PERANG-TANDING
A) Bung Karno dengan mudah digusur oleh Pak Harto pada paruh 1960an. Bintang Bung Karno sudah redup. Bintang Pak Harto sedang gilang gemilang. Sebelum terjadi, siapa nyangka Mayjen Soeharto mampu menggusur Presiden Soekarno?
B) Pak Harto dengan mudah dilengserkan oleh Gerakan Reformasi 1998. Bintang Pak Harto sudah byar-pet. Sedangkan bintang terang sedang menaungi Gus Dur, Megawati, Amin Rais, Sri Sultan, dkk.
C) Pada Pilpres 2014, secara teori mestinya Prabowo menang telak lawan Jokowi. Prabowo mantan jendral, pengusaha kaya, luas ilmu dan pengalaman. Termasuk pengalaman dicerai oleh bini. Ia Unggul pada setiap lini lawan Jokowi. Sayangnya, puncak orbit Prabowo hanya sampai 2012. Setelah itu bintangnya meredup.
Pada kurun yang sama, bintang terang Jokowi lagi kenceng-kencengnya menuju puncak. Walhasil kebanyakan rakyat lebih enjoy liat muka Jokowi daripada liat  Prabowo. Ibaratnya, rakyat gemes liat lenggak-lenggok si Fatin penyanyi muda, dan bosen liat tingkah Krisdayanti penyanyi tua.
Dan... Bekas pengusaha mebel itu melenggang ke istana negara, meninggalkan bekas jendral yang kalah terkesima, bengong nggak nyangka kalah angka.
Menang hoki menang tanding!
Suka nggak suka hukum alam bekerja demikian. Faktor hoki sangat menentukan. Berlaku Di lapangan bola, di lapangan asmara, di lapangan kerja. Apalagi di lapangan remang-remang full #prapaganda dan #propaganjen.
&&&
LANTAS SIAPA LAWAN AHOK YANG SEIMBANG?
Sampai detik ini hanya Ridwal Kamil. Bintang masa kini lawan bintang masa kini itulah Koh Ahok lawan Kang Emil. Siapapun yang menang hampir pasti cuma unggul tipis, setipis bibir manis seorang artis.
Indikasinya apa?
Banyak yang panik bila Kang Emil jadi maju adu nasib lawan Ahok, contoh:
1. Banyak yang mencegah agar Kang Emil bertahan di Bandung, sembari menyodorkan alasan yang aneh-aneh dengan kemasan bijak tapi nonjok.
2. Banyak yang mendorong calon lain selain Kang Emil (yang pasti keok lawan Ahok), sambil kasih alasan yang dibuat-buat, amat kocak melebihi akrobat pelawak.
&&&
KEMBALI KE YUSRIL
Yusril, serupa Hidayat, gagal belajar dari sejarah bahwa bintang masa lalu hanya jadi bulan-bulanan oleh bintang masa kini. Karena kalah hoki, kalah gesit, kalah stamina, kalah dukungan, juga kalah sexy di mata pemilih muda dan emak-emak.
Biarpun Yusril bergelar profesor ahli hukum, nggak ngaruh. Biarpun Yusril jadi pejabat negara sejak jaman Presiden Suharto, nggak ngefek. Biarpun Yusril pernah jadi Cheng Ho dalam sebuah film klasik, kagak nyetrum, Coy!
Khalayak maunya bintang anyar yang lagi imut-imutnya dipandang mata. Bosen sama orang lama. Yup, Orang lama pantesnya jadi penasehat, sesepuh, atau King Maker yang bekerja di belakang layar. Mbok ya Jangan kemaruk  nyerobot jatah generasi muda.
Kalau orang lama maksa kudu maju gimana? "Hmmm... Elo lagi... Elo lagi... Liat mukanya aja udah empet..." Begitu deh kira-kira kata anak muda Betawi.
***
Posted by Ragile
Kemang, 05feb2016
****
Artikel Sebelumnya: [This Moment] Asaaro Lahagu Pecahkan Rekor Pembaca Blog Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H