Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gelandangan dan Mewahnya Harga Tidur

23 Juli 2013   06:01 Diperbarui: 26 Juli 2023   15:17 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 JAKARTA. Jika Anda mengira gelandangan menomersatukan makan-minum dan masa bodo dengan tidur maka Anda salah besar. Gelandangan di kota besar jaman sekarang justru lebih cemas memikirkan tempat tidur daripada makan minum.

 Mengapa?

 Ijinkan saya bahas sesuai pengalaman pribadi. Pada dasarnya cari makan-minum untuk sekedar menyambung nyawa sungguh tidak sulit. Anda hanya perlu sepiring nasi dan segelas air. 3x sehari selesai. Untuk itu Anda bisa jual tenaga untuk jadi kuli atau pekerjaan lain yang lebih rendah. Dijamin tidak kelaparan. Tempat tidur lain lagi. Ini tempat jiwa raga beristirahat. Tidur yang sehat membuat jiwa raga kembali hidup bersemangat bagaikan matahari menyinsingkan baju  di pagi hari. 

Tapi sudah lumrah kita menyepelekan mahalnya nilai aktifitas tidur. Jika Anda dalam posisi gelandangan, atau berpengalaman menggelandangkan diri, maka pusat perhatian Anda berubah total. Yaitu ketika Anda jobless dan homeless (bahasa halusnya: tuna karya dan tuna wisma). Tiap hari Anda berpikir keras "MAU TIDUR DI MANA?" 

Jangan harap orang lain tau pedihnya derita yang Anda rasakan karena setiap orang mengukur dengan kondisinya sendiri. Orang yang hidup normal pasti gagal merasakan pahitnya pergulatan gelandangan untuk mengatasi tekanan lapar, haus, dan ngantuk. Ini beda jauh dengan orang berpuasa satu bulan penuh untuk latihan merasakan hidup susah. Beda jauh sekali. 

Orang normal yang  berpuasa sudah punya jaminan sore nanti makan apa dan tidur di mana. Gelandangan tidak punya jaminan. Semua dalam tanda tanya. 

Maka perbandingan rasa laparnya gelandangan jauh lebih dalam daripada laparnya orang normal yang sedang berpuasa. Bila Anda sedang berpuasa kemudian Anda yakin turut merasakan laparnya gelandangan maka Anda terbawa angan-angan. Laparnya Anda hanya permainan menunda waktu makan. Laparnya gelandangan adalah campuran antara perjuangan melawan perut kosong, harapan kosong, harga diri kosong, dan nyawa terancam. 

Saya telah membuktikannya 2 tahun lalu.

Karena kebanyakan manusia gagal merasakan apa yang gelandangan rasakan akibatnya banyak yang tidak welas asih kepada mereka. Mereka lebih suka nyumbang buat membangun sarana fisik. Di lain pihak, gelandangan juga salah mengambil sikap. Mestinya berharap hanya kepada kasih sayang Tuhan, kasih sayang Allah. Berharap kepada manusia sih sering berbuah kecewa.

Bahkan para ahli ibadah pun banyak yang gagal ngerti dalam perkara ini. Mungkin mereka lupa bahwa salah satu sedekah terbaik menurut Nabi Muhammad SAW adalah memberi makan. Maka wajarlah bila kebanyakan pemilik dan pengurus rumah ibadah tutup pintu buat gelandangan. Tapi buka pintu 24 jam buat para pemberi sumbangan. Wajar pula bila kebanyakan gelandangan tidak menaruh harapan kepada ahli khotbah. 

Kembali ke awal. Mengapa tidur bernilai amat mahal dan mewah bagi gelandangan? 

Pada saat tidur itulah semua penderitaan hilang. Makin lama tidur makin bagus buat menunda waktu comeback ke alam tanpa martabat. Sukur sukur ketiban mimpi indah. Pasti disambut dengan amat sangat gembira. Siapa tau itu kehidupan nyata.

Bila boleh memilih maka waktu 24 jam sehari dipakai seluruhnya untuk tidur dan ketika bangun sudah mentas dari status gelandangan. Bila perlu tidur selamanya! Buat apa bangun kalau masih jadi gelandangan? Pilihan ini diambil oleh gelandangan yang putus asa.

Jadi... Bila anda menyaksikan gelandangan malas bangun tidur, ketahuilah beberapa hal. Bahwa mereka sedang menunda waktu menghadapi jadwal tetap penderitaan hidup. Bahwa mereka tidak suka dibangunkan dari tidur karena tidur adalah lepas dari derita. Bahwa mereka tidak peduli masih hidup atau sudah mati.

 Beda jauh dengan Anda yang sama sekali tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Roda hidup terus berjalan. Tidak bisa milih sendiri. Apapun yang dihadapi gelandangan ketika bangun tidur mau tidak mau memikirkan bagaimana caranya agar semua ini berakhir. Ketika mata melek memikirkan gimana caranya mengucapkan selamat tinggal gelandangan. Ketika tidur emoh mikirin apa apa dan tidak peduli nanti bangun lagi atau tidak. Tidak peduli tidur di atas kasur atau di emperan, yang penting tidur pulas. 

Mari perhatikan Kota Jakarta... 

Betapa banyak gedung mewah, rumah mewah, tempat ibadah mewah yang kadang mubazir jarang terpakai. Dan terus dibangun mewah seakan tidak pernah kehabisan uang. Pada saat yang sama ribuan gelandangan menyusuri jalan tidak tau mau istirahat di mana. Mereka sodara sebangsa. Mereka sodara seiman. Mereka sodara sedarah. Tapi cuma pidato dimulut tanpa aksi nyata. Mengapa demikian? Karena kebanyakan pemimpin kita hanya peduli pembangunan fisik. Mereka jarang peduli pembangunan martabat bangsa. Akibatnya agar tidak malu sama turis asing maka gelandangan jadi sasaran penganiayaan oleh aparat penertiban. Saya aja tau koq ada gelandangan tidur dalam masjid eh dipukuli oleh pengurus masjid dengan alasan yg mengada-ada.

Gelandangan, sisi positifnya yang tidak disadari adalah, memiliki ketajaman batin karena keadaan sehingga tau mana orang orang yang benar-benar baik hati.

 Sekali lagi... Gelandangan sangat tidak suka bila dibangunkan dari tidur karena sedang istirahat dari derita hidup. Itulah sepintas kilas gambaran hidup gelandangan. Melalui tulisan ini saya berharap Anda sekalian terbuka mata dan hati betapa mahal dan mewahnya harga waktu tidur bagi gelandangan dan bagi orang-orang yang setara dengannya. 

***

Ragile

 Artikel sebelumnya: Princess Ameerah Saingan Kate Middleton

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun