Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arti Bisikan Untuk Jokowi dan Prabowo dari Majalah The Economist Anggota Bilderberg Club

19 September 2012   06:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 2540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lima hari jelang Pilkada DKI Jakarta 20 September berhembus bisikan politik kemenangan dari Majalah The Economist terbitan 15-09-2012. Jokowi, Ahok, dan Prabowo nampaknya didorong ke atas untuk berkuasa di Jakarta, kemudian puncaknya pada peralihan tahta istana pada Pilpres 2014. Segitu pentingnyakah Pilkada Jakarta bagi The Economist yang berkedudukan di London?

Bila sedikait aja Anda tahu sejarah The Economist dan Bilderberg maka tidak asing mengenali manuver politik mereka.

The Economist bermarkas di London dan dibidani oleh James Wilson pada 1843. Pemiliknya adalah para keluarga bankir Inggris, The Rothschild family dan kawan-kawan. Reporter The Economist adalah satu-satu wakil media yang rutin hadir pada rapat tahunan Bilderberg Club. Misi idiologis dan ekonomis mereka adalah: globalization, free trade, free imigration, socialy liberal. Tak kurang dari 1.5 eksemplar peredaran majalah The Economist ke pelosok dunia pada 2012.

Bilderberg Club pertama kali meeting di Hotel Bilderberg Holland (Belanda) pada 1954. Klub elite ini amat rahasia sebelum terungkap di publik sejak 1980. Kini anggotanya sekitar 130 individu kelas super elite dunia. Prince Bernhard dari Norwegia adalah yang mulanya gagas agenda penyatuan Eropa-Amerika. Rockefeller dan Kissinger nampaknya hadirin tetap. Calon Presiden Amerika dan PM Inggris biasanya diundang ikut meeting jauh sebelum Pemilihan Umum/Presiden berlangsung. Tak lain buat memastikan pemenang, guna mewujudkan agenda Bilderberg yang konon kebelet "One World Goverment" atau "New World Order".

Suara The Economist edisi 15-09-2012 jelas-jelas titip pesan politik bahwa sebaiknya Jokowi-Ahok duduk di kursi Gubernur Jakarta. Kemudian pada Pilpres 2014 Prabowo-Jokowi menggantikan SBY-Boediono di istana negara Indonesia. Tentu dengan pertimbangan merekalah yang dianggap menyerap aspirasi elite dunia agar betah investasi di Indonesia. Walaupun bisa jadi bersebrangan dengan kepentingan nasional indonesia.

Benarkah hanya Prabowo Subiyanto favorit Amrik dkk?

Bila Anda tengok situs agregat berita yaitu "Indonesia.digest.net" maka bisa jadi ragu. Di sana akan Anda temukan bocoran: diplomat Amerika dan Australia minta dukungan PPAD untuk menghantarkan Sri Mulyani for the next President RI. PPAD sebagai wadah Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat menanggapi dengan rasa heran. Ngapain tuh diplomat intervensi urusan dalam negeri Indonesia? Lagipula Sri Mulyani terlalu lemah kekuatan politiknya untuk didongkrak, mau maksa? Atau cuma pura-pura minta Sri Mulyani padahal maunya Prabowo?

Bisikan itu...

Bisikan dan pesan politis dari The Economist tentu tidak asal cuap lalu berpangku tangan. Dengan jaringan kuat maka dukungan media masa akan mengalir kepada kandidat yang digadang. Publik dibuat percaya bahwa pilihan mereka adalah yang paling shakhih dan mantap tenan. Sebaliknya buat si lawan akan digambarkan sisi-sisi buruknya saja.

Namanya juga propaganda: saya bagus, kamu jelek.

Bukan rahasia lagi bahwa Washington lebih sreg bila American-trained-soldier duduk di pucuk kekuasaan agar tidak lepas pengaruh politiknya di Indonesia. The Economist misalnya menyadari citra kurang sedap pada masa lalu Prabowo. Namun Jokowi-Ahok diharapkan mampu memoles wajah baru Prabowo for the next president.

Kesiapan Prabowo sudah membahana di Singapura beberapa bulan lalu. Dia bilang Indonesia wajib mengutamakan nasionalisme dan kesejahteraan ekonomi. Sambil mengkhawatirkan ekstrimisme agama seperti PERDA di Tasikmalaya. Pidato Prabowo di Singapore itu ibarat mukaddimah pengumuman "I'am ready for the next president". Dan dikutip oleh banyak media luar negeri.

Jokowi yang terkesan ndeso dan imut-imut tentu tak akan menolak jika diberi amanah untuk jadi Wakil Presiden mendampingi Prabowo.

Ahok...

Ahok konon pernah ke Amerika tahun 2008 buat dukung Barack Obama. Konon dia terilhami oleh kisah sukses Obama, minoritas kulit hitam yang memenangi Pemilihan Presiden Amerika. Namun Ahok menanggung beban "double minorities" di ranah politik indonesia. Sehingga perjuangan politiknya lebih keras dan lebih terjal.

Namun dalam alam demokrasi apapun idiologi Anda adalah sah untuk diperjuangkan sepanjang taat hukum dan konstitusi. Rakyat taunya beres, aman, adil dan makmur. Maka bisikan kemenangan buat Jokowi-Ahok-Prabowo dari majalah The Economist pantas disambut dengan senyum-senyum kecil, apapun isi hati Anda.
***

Ragile, 19-09-2012

*) sumber rujukan:
*
economist.com: Indonesian Politics: A Solo Show
*
http://ericlandrews.hubpages.com/hub/Bilderberg-2012-Myth-to-Media-Spotlight
*
http://webworks.typepad.com/lakecountyfiscalrangers/2012/06/this-is-bilderberg-2012-week-we-tell-you-about-a-secretive-international-group-affecting-freedom.html
*
www.bilderbergmeetings.org/participants_2011.html
*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun