Rahasia 25 tahun status seorang anak pungut akhirnya terungkap!
Ketika itu tahun 1985an saya indekost di rumah janda beranak satu. Kami tinggal beda rumah. Saya di pavaliun, tuan rumah di rumah induk. Ibu Haji, tuan rumah itu, dikenal baik hati dan gesit bukan main. Tinggal bareng anak laki tunggalnya yang banyak dikagumi orang. Dia diakui sebagai anak tunggal dari ayah yang telah meninggal dunia. Tapi 15 kemudian baru ketauan bahwa Bu Haji bukan ibu kandungnya.
Mulanya percaya dong...
Di sebuah kampung kumuh di Jakarta selatan saya kenal dekat keluarga Bu Haji sekitar 5 tahun antara tahun 1985-1990. Amat akrab dengan Bu Haji dan anak tunggalnya. Si anak bukan cuma ganteng, tapi alim, jujur, pandai, menyenangkan, bersih kulit dan bersih pula namanya. Tutur kata dan sopan santunya terpelihara. Kebetulan dekat mushola, si anak hampir selalu sholat 5 waktu di mushola. Pokoke anak idaman setiap orang tua deh.
Pernah beberapa kali tetangga iseng nanya kepada Bu Haji kapan mengandung si bayi? Soalnya mereka nggak liat kapan Bu Haji hamil dan melahirkan. Bu Haji dengan gesitnya menjawab bahwa beliau pulang kampung ketika mengandung dan melahirkan bayi. Yup, alibi sempurna untuk menghentikan keraguan orang. Jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama berkali-kali terbukti ampuh mematahkan rasa curiga.
Memasuki masa remaja banyak cewek naksir kepada anak itu. Malah setelah gawe sambil kuliah banyak orang tua ngincer buat dijadikan menantu. Pendek kata demand buat jadi kekasih dan jadi menantu datang berduyun tiada henti. Terutama dari orang tua yang pengin punya menantu idaman. Tak peduli status sosial-ekonomi jauh di bawah keluarga calon mertua. Sing penting Bukan Menantu Bermasalah, hehe.
Ketauan dari buah dada Bu Haji yang...
Kira-kira memasuki tahun 2000 ke atas si anak sudah cukup dewasa, usia 25 tahun. Karir bagus di kantor maskapai penerbangan nasional. Kemudian menikah. Nah, entah gimana ceritanya ada sodara Bu Haji mergoki barang aneh di wilayah dada. Rupanya si sodara perempuan merhatiin bahwa, maaf, puting payudara Bu Haji memastikan tanda-tanda belum pernah dipakai untuk menyusui bayi. Ini bertentangan dengan pengakuan Bu Haji bahwa beliau menyusui si bayi.
Akhirnya mengaku juga.
Mungkin sudah lelah menutupi rahasia Bu Haji ngaku bahwa beliau belum pernah hamil. Si anak adalah anak pungut dari sodara yang dilakukan secara rahasia. Dan selamanya rahasia sesuai perjanjian. Hanya Bu Haji dan si ibu kandung yang tau.
Begitu terungkap apa jadinya? Si anak konon shock berat ketika menemukan sosok bunda ternyata bukan ibu kandungnya. Namun karena 25 tahun mereka hidup berdua penuh kasih sayang, fakta biologis bahwa mereka tidak satu darah ternyata tidak mengubah derajat jalinan kasih antar anak dengan ibunya. Ibu kandung pun tidak unjuk gigi mengambil kembali si anak. Sekali lagi demi perjanjian yang tlah disepakati maka tidak ada pergeseran hubungan maupun status administratif.
Walau anak pungut tapi sangat berbakti kepada sang ibu.
Syukurlah banyak saksi mata menemukan si anak sungguh type anak yang taat dan berbakti kepada ibu. Ketika rahasia terungkappun tidak geser sifat maupun sikap kepada ibu. Malah kian sayang kepada ibu angkat yang dikiranya ibu kandung. Lagipula Bu Haji merahasiakan status anak semata-mata ingin ngemong bayi dan membesarkan anak. Maksud hati agar tidak hidup sebatangkara setelah ditinggal mati suami dan tidak kawin lagi walau masih muda. Tidak ada maksud buruk secuilpun.
Walau si anak hidup di tengah anak-anak badung, geng preman, dan lingkungan kekerasan namun sukses jadi anak manis. Ibarat batu pualam menyembul di tengah tumpukan batu kerikil.
Banyak tetangga dan saksi mata mengakui mereka berdua adalah tauladan hidup. Anak yang pantas dikagumi serumah dengan ibu yang layak diacungi jempol. Hingga hari ini mereka hidup bahagia dalam satu rumah. Si anak sudah beristri dan sudah punya anak pula.
Menyaksikan sendiri contoh anak itu kadang hati ini ngenes bila membandingkan dengan anak lain: Kenapa yah koq banyak anak kandung yang menyia-nyiakan ibu kandung sendiri?
:::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H