5) Transaksi seks terjadi dalam berjarak sekitar 100 meter dari Masjid dalam Pasar Induk.
[caption id="attachment_121340" align="alignright" width="410" caption="Pasar Induk Kramat Jati pusat perdagangan (#2)"]
Seorang sopir mobil sayuran dan pedagang sayur berkata bahwa Pasar Induk Kramat Jati sudah sepi karena:
1) Telah terjadi desentralisasi di mana barang masuk dari daerah tidak lagi masuk dulu ke Pasar Induk Kramat Jati tapi langsung ke Pasar-Pasar yang dituju di wilayah Jabodetabek.
2) Akibatnya pedangang terpaksa melayani pembelian satu-dua kilo (eceran) saking sepinya usaha.
3) Para juragan dari daerah lebih suka langsung kirim barang ke pasar-pasar yang dituju, misal: Cibitung, Senen, Lebak Bulus untuk memangkas biaya tol, retribusi, dan pungutan liar.
4) Kebanyakan pemilik lapak menyerahkan lapaknya kepada para "centeng" sehingga terjadi kenaikan harga karena centeng ambil untung dari pembeli dan dari penjual agar bisa hidup.
5) Modernisasi pembangunan Pasar Induk Kramat Jati tidak memperbaiki nasib pedagang akibat perubahan kebijakan pemerintah dalam hal distribusi barang kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional. Malah jadi sepi.
[caption id="attachment_121338" align="alignleft" width="410" caption="Pasar Induk Kramat Jati Jakarta halaman depan (#3)"]
Seorang Security/Satpam sebuah bank yang berjejer di barisan depan Pasar Induk Kramat Jati berkata:
1) Petugas Keamanan Pasar Induk hanya nongkrong di dalam posko