Mohon tunggu...
Ragile (Agil)
Ragile (Agil) Mohon Tunggu... Administrasi - seorang ayah yang kutu buku dan pecinta damai antar ras, agama, dan keyakinan

"Tidak penting SIAPA yg menulis, yg penting APA yg ditulis" (Ragile 2009). Pendiri #PlanetKenthir. Pro #Gusdurian. Lahir: 1960. Kuliah Sastra Inggris. Gawe Software Komputer ; Keuangan. Nama: Agil Abdullah Albatati (Engkong Ragile). FB: Agil Abd Albatati. Twitter: @KongRagile. Alamat: Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mitos Arab Turunan Memilih Jodoh

26 April 2011   14:20 Diperbarui: 7 Februari 2016   05:31 19093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13038387161936778981

Mitos ini sangat bertentangan dengan realita. Anak anak keturunan Arab belajar Islam dan bahasa Arab dari guru guru non-Arab. Kepada ustad dan kyai Indonesi. Hanya sedikit orang tua turunan Arab yang intens dalam aktivitas pergerakan Islam. Lagi pula sangat sedikit yang fasih berbahasa Arab maupun hafal Al-Quran.

Malah kaum terdidiknya lebih fasih berbahasa Inggris, lebih hafal lagu Barat, dan lebih keranjingan film Hollywood.

5) Mantu non Arab tidak bisa menyatu dengan keluarga besar :

Yang benar begini: di kalangan yang masih fanatik, ini minoritas, keluarga besar sengaja mengucilkan menantu sebagai bentuk hukuman, sekaligus peringatan kepada yang mau coba-coba "keluar kandang". Maksudnya agar pasangan gado-gado tsb merasakan betapa perih azab dan sengsara melawan tradisi kuno.

Namun, pengalaman puluhan tahun membuktikan pengucilan akan kandas dengan sendirinya.

Biasanya penyatuan terjadi setelah memperoleh keturunan, atau tiba-tiba mantu sukses besar dan layak dibanggakan. Tapi yang paling sering terjadi adalah ini: keluarga besar sedang dilanda perkara besar, semua pintu pertolongan seakan tertutup, bahaya besar mengancam. Lalu mantu/besan non-Arab tampil sebagai dewa penyelamat.

Nah, faedah kehadiran mantu dirasakan betul maka garis demarkasi roboh diganti dengan hubungan mesra antar keluarga besan beda suku bangsa.

Demikianlah yang saya ketahui selama ini :

Fakta membuktikan kian banyak perjodohan asimilasi keturunan Arab dengan non-Arab sejak tahun 1980an. Karena mayoritas Generasi muda tidak mau lagi terikat dengan ras. Mereka tidak lagi percaya dengan 5 mitos tersebut di atas karena tidak terbukti secara ilmu, akal maupun hikmah.

Semua itu tidak lebih hanya warisan tradisi Arab Kuno sebelum datangnya Islam. Maka generasi baru tidak peduli apakah akan berjodoh dengan "jamaah/arbi" (berayah Arab) ataukah dengan "akhwal" (berayah Indonesia Non Arab) ataukah dengan "baudeh" (berayah Tionghua-Indonesia).

Tidak pula ambil pusing dengan Habaib/Habib yang mengklaim keturunan Nabi Muhammad perwaris ilmu dan kekuasaan dunia Islam. Belakangan ini, di kalangan umum Arab keturunan adanya sebutan "Habib" lebih sebagai sebutan akrab bergaul, tanpa pretensi keunggulan dalam bentuk apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun