Mohon tunggu...
Ragil Dwi Satriyo
Ragil Dwi Satriyo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hanya pemula yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Covid-19 dan Pengaruhnya dalam Pemasaran Produk Pertanian

26 Juni 2020   13:58 Diperbarui: 26 Juni 2020   14:22 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak pandemi Covid 19 terhadap pemasaran produk pertanian agribisnis

Pandemi Covid nampaknya sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Virus yang bermula dari Negara Cina tersebut sangat cepat menyebar ke berbagai belahan dunia. Terutama pada Negara Indonesia. 

Di Indonesia  jumlah yang terkena virus Covid 19 saat ini hingga 50.000 jiwa. Meskipun jumlah tersebut dapat dikatakan tidak lebih banyak dari negara lain, misalnya seperti Amerika, Italia, Cina dan lainnya, namun hal mengenai Covid 19 ini dapat dikatakan permasalahan yang cukup serius di Negara Indonesia. 

Untuk menangani pandemi ini, pemerintah sudah mengupayakan penanganan yang serius melalui gugus tugas Covid 19 yang merupakan garda terdepan dalam penanganan Covid 19 ini. Selain di bidang kesehatan, sektor yang dapat dikatakan mengalami dampak yang sangat serius adalah pada sektor perekonomian.

Akibat adanya pandemi ini, kegiatan perekonomian menjadi terganggu, bahkan dapat dikatakan lumpuh total pada daerah-daerah tertentu. Hal ini terjadi karena adanya pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah dengan menerapkan WFH (Work From Home) guna memutus rantai persebaran Covid 19 tersebut. 

Tentu saja hal ini sangat berdampak pada perekonomian masyarakat Indonesia. Apalagi mayoritas masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, mereka sangat merasakan akibat dari adanya penetapan social distancing ini. Selain risiko produk pertanian yang mudah busuk, sekarang ditambah lagi dengan adanya pembatasan sosial yang membuat petani maupun para pelaku pertanian harus sedikit menghembuskan nafas yang sedikit panjang dalam memasarkan produknya. 

Pasalnya akibat dari pembatasan sosial tersebut para pelaku pertanian sedikit terhambat dalam memasarkan produk pertaniannya. Tentunya hal ini juga dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi mereka. Seperti produk hortikultura baik hortikultura buah maupun hortikultura sayur. Pekerja di bidang pertanian harus memutar otak untuk memasarkan produknya.

Sebelum adanya pandemi Covid 19 ini, para pelaku usaha di bidang pertanian menjalankan usahanya seperti biasanya. Namun sejak adanya Covid 19 ini, pendistribusian hasil usahanya menjadi sedikit terganggu. Bukan karena apa, hal ini terjadi akibat beberapa wilayah menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ataupun lockdown untuk memutus rantai persebaran Covid 19 ini. 

Akibat pembatasan sosial berskala besar tersebut, seperti yang dilakukan di DKI Jakarta misalnya, para pelaku usaha tak sering membawa kembali barang yang dibawa untuk dipasarkan tersebut. Hal ini menimbulkan dampak yang cukup besar bagi pelaku usaha pertanian, seperti para pengusaha buah segar tersebut. 

Para pelaku usaha akan resah jika hal seperti ini terus terjadi, mereka akan merugi jika tidak dilakukan tindakan yang serius oleh pemangku kebijakan.  Dalam hal ini dampak yang dirasakan akibat adanya pandemi Covid 19 ini memang cukup besar bagi pelaku usaha pertanian, apalagi bagi perekonomian nasional. Berikut secara singkat dijelaskan dampak yang dirasakan akibat adanya pandemi Covid 19 bagi pemasaran produk pertanian :

  • Mengganggu sistem distribusi stok produk pertanian dan saprotan.

Adanya pandemic covid 19 ini menyebabkan sistem distribusi pangan dan sarana produksi pertanian menjadi terganggu, hal ini terjadi karena beberapa wilayah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau karantina wilayah yang menyebabkan terhambatnya pendistribusian produk-produk pertanian. 

Sistem distribusi barang menjadi sangat terganggu, tidak jarang para kurir harus membawa pulang kembali barang yang dibawa tersebut yang membuat para pelaku usaha merugi.

  • Harga komoditas pertanian turun karena hasil panen tidak terdistribusi

Harga barang pertanian menjadi penentu petani memperoleh keuntungan. Akibat adanya kebijakan pembatasan sosial bersakala besar (PSBB) atau lockdown di bebagai wilayah di Indonesia menyebabkan harga komoditas pertanian menurun, hal ini mengakibatkan meruginya petani dalam berusahatani karena hasil panen mereka tidak terdistribusi seperti biasanya. 

Risiko produk pertanian yang mudah membusuk juga menjadi pengaruh harga produk pertanian menurun akibat tidak terdistribusinya produk pertanian tersebut. Dalam hal ini yang sangat dirugikan adalah para pelaku usaha pertanian yang mengalami berbagai kerugian.

  • Produksi turun

Produksi pertanian turun akibat pemerintah menetapkan kebijakan lockdown dan mengahruskan WFH (work from home), hal ini mengakibatkan petani tidak bisa mngusahakan lahan pertaniannya akibat adanya kebijakan tersebut, sehingga menyebabkan produksi pertanian menjadi menurun karena semua masyarakat harus tinggal dirumah untuk memutus rantai penyebaran covid 19 tersebut. Sehingga menyebabkan adanya ancaman kelangkaan pangan di beberapa wilayah. 

Selain itu adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang membatasi para pelaku usaha untuk melaksanakan kegiataanya menjadi pertimbangan sendiri bagi para pelaku usaha. Pasalnya mereka harus memutar otak untuk memperoleh sarana produksi ataupun bahan mentah yang akan diolah. Jika pada biasanya mereka mudah memperoleh barang, sekarang mereka membutuhkan tenaga lebih untuk memperoleh barang tersebut.

Ulasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sektor pertanian juga mengalami dampak yang cukup besar akibat adanya pandemi Covid 19 ini. Terutama pada pendistribusian barang tersebut sedikit terganggu akibat adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar maupun kebiakan lockdown. 

Tentunya hal tesebut sangat merugikan bagi semua pelaku usaha pertanian. Namun melihat hal tersebut pemerintah juga tidak tinggal diam, guna membantu para pelaku usaha dibidang pertanian terutama yang berhubungan dengan pangan mereka memperbolehkan pendistribusian barang tersebut tetapi dengan protokol kesehatan dan aturan yang telah ditentukan. 

Hal ini dilakukan agar tidak merugikan pelaku usaha pertanian dan juga menjamin stok persediaan barang utamanya barang pangan pada masa pembatasan sosial beskala besar (PSBB) ataupun karantina wilayah tersebut.

Oleh Ragil Dwi Satriyo P.

Mahasiswa Magister Agribisnis, Universitas Jember

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun