Mohon tunggu...
Ragil Arwani
Ragil Arwani Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Pemerhati Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hari Ibu 2023: Menakar Kembali Urgensi dan Implikasi Peranan Seorang Ibu Terhadap Pendidikan Anak

22 Desember 2023   08:01 Diperbarui: 22 Desember 2023   12:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada adagium yang lazim didengar, mengatakan bahwa keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Menjadi pendidikan pertama karena anak akan mendapatkan banyak sekali pendidikan serta pengajaran dari lingkungan keluarga. Dan menjadi pendidikan utama karena anak paling banyak menghabiskan waktu mereka dengan berinteraksi dengan keluarga. 

Ketika lingkungan keluarga mengajarkan tentang budi pekerti luhur, maka dalam diri anak akan terbentuk karakter seperti demikian. Pun sebaliknya, ketika anak dipertontonkan dengan sesuatu yang tidak baik, maka dalam diri anak akan terbentuk karakter yang kurang baik. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak yang berumur 0-4 tahun, akan tercermin pada anak saat mereka pada usia dewasa.

Namun, kesadaran tentang hal ini masih sebatas kekhawatiran belaka, tanpa tindak lanjut dengan pembuatan aturan dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak. Mungkin pernyataan Buchori (dalam Soedomo, 1990) masih relevan sampai saat ini, dimana beliau menyatakan bahwa penanganan pendidikan kita baru sampai pada pendidikan jalur sekolah atau formal. Oleh karena itu, pendidikan keluarga yang dalam hal ini pendidikan dari seorang ibu (yang mempunyai waktu berinteraksi lebih lama dengan anaknya dibandingkan ayah) menjadi langkah awal dalam pembentukan peradaban dimulai dari anaknya.

Faktor Gen, Ikatan Emosional dan Kecerdasan Anak

Masih menjadi perbincangan yang menarik, manakala membahas faktor genetik seorang ibu yang menurunkan kecerdasan kepada seorang anak. Lantas benarkah demikian? Pada tahun 1994, terbit sebuah jurnal Psychology Spot yang mengungkapkan bahwa gen kecerdasan seorang anak biasanya menurun dari ibu. Gen kecerdasan berada di kromosom X dimana wanita sendiri membawa dua gen kromosom X, yang artinya peluang penurunan gen kecerdasan kepada seorang anak, akan lebih mungkin diturunkan dari seorang ibu.

Penelitian ini dilakukan oleh Medical Research Council Social and Public Health Sciences Unit dengan melibatkan 12.686 responden yang berusia antara 14-22 tahun dengan menggunakan metode wawancara dengan pertanyaan terkait beberapa faktor termasuk ras, tingkat pendidikan, sosial dan status ekonomi dan pertanyaan serupa yang ditanyakan kepada ibu-ibu dalam penelitian tersebut. 

Hasil analisa mengungkapkan bahwasannya penuruan gen kecerdasan terkait dengan kromosom X, yang mana kromosom X adalah kromosom utama milik wanita. Ditambah lagi bahwasannya wanita memiliki dua kali lipat jumlah kromosom X (laki-laki hanya memiliki satu) yang memungkinkan untuk mewariskan gen kecerdasan kepada anak-anak mereka.

Meskipun demikian, para ilmuan percaya bahwa gen bukanlah satu satunya penentu kecerdasan seorang anak, hanya sekita 40 - 60 persen kecerdasan diperkirakan bersifat turun temurun. Sedangkan penentu lainnya berasal dari lingkungan dimana anak itu tumbuh, termasuk lingkungan keluarga. 

Para ilmuan selanjutnya menemukan bahwa seorang ibu (selain menurunkan gen kecerdasan) juga mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam membentuk kecerdasan non-genetik. Untuk itu, diperlukan sebuah ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak guna dapat membantu dalam menumbuh kembangkan kecerdasan anak baik melalui genetik maupun non-genetik.

Hal ini selaras dengan pendapat para peneliti di Universitas of Washington yang menemukan bahwa ikatan emosional yang baik antara ibu dan anak sangat penting dalam pertumbuhan beberapa bagian otak. 

Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti menganalisis cara sekelompok ibu dalam berinteraksi dengan anak-anak mereka selama tujuh tahun, dan hasilnya ditemukan bahwa anak-anak yang didukung secara emosional dan kebutuhan akan pengetahuannya terpenuhi memiliki hippocampus (area otak yang terkait memori untuk mengenali, mengingat, memahami dan merespon) 10 persen lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang jauh dari ibunya secara emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun