Dalam derajat derita dan durasi waktu yang berbeda, namun dengan sikap tak sekadar meratapi, Sonya Ekarina Sembiring Depari telah mewantahkan kebebasannya. Setidaknya dalam upaya mengejawantahkan kebebasannya sebagai manusia. Menerima sekaligus menghadapi pahit getir pengalaman hidup.
Kilas balik, tepat sebulan silam Sonya Ekarina Sembiring Depari dirisak (di-bully) di jagad dunia maya. Muasalnya, perilaku tidak tertib berlalu lintas hingga menentang polisi wanita Ipda Perida, Rabu (6/4/2016). Hardikannya menjadi meme bullying nan dahsyat, "Saya tandai ibu. Saya anak Jenderal Arman Depari".
Imbasnya tak sepele. Konvoi hari terakhir gelaran Ujian Nasional (UN) itu seolah benar-benar hari terakhir bagi psikis Sonya. Media sosial kepunyaannya dijejali ragam komentar bernuansa hujatan. Kian gencar selepas Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menampik Sonya sebagai bukan anaknya.
Tak sampai di situ, sehari berselang sang ayah tercinta yang syok berpulang kepada Sang Khalik. Hari yang sama tatkala Irjen Arman mengakui bahwa Sonya merupakan kemenakannya. Siswa SMA Methodist I Medan ini pun mengalami trauma dan guncangan psikis.
Para psikolog, aktivis anak dan pihak sekolah mengimbau seraya memohon untuk menghentikan sesegera mungkin bullying. Tak sedikit, yang menilai Sonya Depari bakal sulit keluar dari kemelut psikis, susah move on.
Namun, Sonya yang masih masuk usia remaja ini tampaknya berhasil move on. Sungguh kabar nan melegakan hati, tatkala Sonya Depari ditahbiskan menjadi Duta Antinarkoba di Lapangan Merdeka, Medan, Sabtu (7/4/2016). Ia juga membacakan dengan lantang Ikrar Bersama BNN-Gereja Gereja Reformasi, tak lupa menyunggingkan senyum.
Â
Â
Ipda Perida yang jadi "seteru" pada konvoi pascapelaksanaan UN terakhir, yang turut hadir, dipeluknya. Mengabadikan momen bersama, cerita dan keceriaan itu dengan jepretan kamera peserta dan wartawan yang hadir.
Agaknya terlalu dini menyimpulkan Sonya telah move on. Namun, keceriaan dan interaksi yang disuguhkannya merupakan pertanda adanya upaya untuk keluar dari "lumpur" kebersalahan diri.. Bukankan menyalakan lilin teramat baik ketimbang mengutuki kegelapan?. Sonya setidaknya menyalakan "lilin" bagi dirinya.