Mohon tunggu...
Rafly Febriansyah
Rafly Febriansyah Mohon Tunggu... Security - Scavenger Poem

Ada yang harus aku tuju, kemudian aku buat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Puluh Empat

10 Mei 2024   21:15 Diperbarui: 10 Mei 2024   21:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/24

malam ini,

aku ingin bercerita sedikit tentang debar dada yang tak kunjung dijinakan

pada jalan basah yang tak kunjung kering

diatas pundak gempur yang tak kunjung beriring.

lalu kudapati kedua telinga yang bisu

menguping percakapan hening diujung malam,

mereka berbisik;

bahwa kesepian adalah danau

dan ramai adalah pemancingnya.

kita selalu diporakporandakan dengan sesuatu yang belum kita jamah-- hal-hal muskil yang datang menghantam tubuh, selalu terhadapi dengan kepala berkecamuk. entah, perihal dengung yang tercibir pada telinga selain kita; nasib dan takdir selalu diartikan sama.

kita kerap menamai masalah dengan hal yang ganjil dalam perhitungan ganjal. selalu menyebut ulang tahun adalah pertambahan usia. jika memang usia bertambah; mengapa dinamakan ulang tahun? kenapa tidak dengan tambah tahun? 

entahlah, bagiku; ' setiap keping usia; selalu ada yang tumbuh dan gugur. semua berulang, tidak ada yang baru. '

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun