/24
malam ini,
aku ingin bercerita sedikit tentang debar dada yang tak kunjung dijinakan
pada jalan basah yang tak kunjung kering
diatas pundak gempur yang tak kunjung beriring.
lalu kudapati kedua telinga yang bisu
menguping percakapan hening diujung malam,
mereka berbisik;
bahwa kesepian adalah danau
dan ramai adalah pemancingnya.
kita selalu diporakporandakan dengan sesuatu yang belum kita jamah-- hal-hal muskil yang datang menghantam tubuh, selalu terhadapi dengan kepala berkecamuk. entah, perihal dengung yang tercibir pada telinga selain kita; nasib dan takdir selalu diartikan sama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!