Terorisme merupakan sebuah tindakan berupa aksi-aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok individu atau kelompok yang berdampak pada ketakutan dalam masyarakat dalam skala yang besar. Istilah Terorisme ini baru populer setelah peristiwa tragedi 9/11 pada tahun 2001 dimana suatu kelompok teroris yang bernama Al-Qaeda membajak pesawat komersil milik Amerika Serikat dan menabrakkannya pada menara kembar WTC (World Trade Center) yang berlokasi di New York,Amerika Serikat.
Lalu Tragedi tersebut menyebabkan Amerika Serikat untuk menyerukan "Perang Terhadap Terorisme" Karena peristiwa tersebut istilah Terorisme pun populer hingga saat ini. Selain itu, seiring bergulirnya waktu, terorisme juga berkembang dan kini menjadi ancaman global dan mengancam human security karena aksi teror yang terjadi juga dapat merenggut nyawa.
Di Asia Tenggara, Terorisme pun berkembang pula, Pemerintah negara-negara Asia Tenggara menjadikan isu Terorisme sebagai fokus utama dalam keamanan negaranya masing-masing. Kelompok-kelompok Teroris yang ada di Asia Tenggara kebanyakan merupakan cabang dari kelompok teroris yang paling terkenal, Al-Qaeda berikut Kelompok-Kelompok Terorisme dan perkembangannya di Asia Tenggara
Kelompok Teroris di Asia Tenggara
1. Abu Sayyaf
Abu Sayyaf adalah kelompok Teroris dari Filipina, Mereka berasal dan menyebarkan teror mereka di Jolo dan Bailan, Filipina. Meskipun mereka hanya grup kecil dengan 400 anggota pada tahun 2016, grup ini telah melakukan banyak tindakan mengerikan dan mereka terkenal dengan pembajakannya di wilayah laut filipina. Banyak warga dari berbagai negara telah menjadi korban dari tindakan mereka.
2. Jemaah Islamiyah
Jemaah Islamiyah adalah salah satu Teroris paling menakutkan di Asia Tenggara. Amerika Serikat secara resmi mengklaim bahwa kelompok ini adalah seorang teroris dan Indonesia telah melarang kelompok ini untuk eksis setelah aksi pemboman mereka di Bali, 2002 dan bertanggung jawab atas lebih dari 200 orang yang terbunuh dalam Aksi mereka. Kelompok ini juga bergerak di Filipina dan beberapa negara lain di Asia Tenggara. Kelompok ini bersekutu dengan Abu Sayyaf dan Al-Qaeda untuk melatih anak-anak menjadi teroris.
3. Front Pembebasan Islam Moro
Front Pembebasan Islam Moro adalah sebuah kelompok yang berbasis di Mindanao, Filipina yang mencari daerah otonom dari orang-orang Moro dari pemerintah pusat. Kelompok ini memiliki kehadiran di wilayah Bangsamoro di Mindanao, Kepulauan Sulu, Palawan, Basilan, dan pulau-pulau tetangga lainnya. Grup ini terkenal pemberontakan mereka terhadap Pemerintah Filipina.
Perspektif Negara Asean Dalam Terorisme
Setiap Negara di Asia Tenggara harus memiliki perspektif tentang aksi terorisme. Sebagai contoh, Indonesia memperlakukan setiap Gerakan Terpisah di dalam negara akan dilihat sebagai tindakan terorisme karena pemerintah harus berurusan dengan gerilya yang terorganisir dengan baik. Indonesia juga mengalami serangkaian tragedi bom yang diduga memiliki koneksi dengan Al-Qaeda.
Di Vietnam, persepsi mereka tentang terorisme didasarkan pada Wilayah Maritim atau Pembajakan dan separatisme. Di Thailand Selatan, persepsi mereka tentang terorisme ada pada Gerakan Terpisah. Malaysia sadar akan gerakan komunisme setelah Pembajakan Malaysia Airlines pada 1977.
Tragedi Bom Yangon pada 2015 dan 2010 menjadikan perspektif terorisme di Myanmar. Singapura benar-benar waspada terhadap terorisme setelah sebuah bom meledak di Mcdonalds pada tahun 1965 dan meskipun sekarang Singapura benar-benar aman, mereka masih aktif dalam memberantas terorisme di Asean.
Filipina adalah negara yang memiliki banyak kasus terorisme dan banyak pula kelompok-kelompok teror terkenal yang berasal dari negara ini contohnya Front pembebasan islam Moro dan kelompok Abu Sayyaf sehingga Filipina memandang segala tindakan separatis dan pemberontakan terhadap pemerintah dan juga segala aksi pembajakan sebagai tindak terorisme. Negara-negara ASEAN membentuk Konvensi pemberantasan teror demi memberantas Terorisme.
Jika dianalisa menggunakan Paradigma dalam Hubungan Internasional, isu-isu Terorisme yang mengancam keamanan global dan usaha-usaha yang dilakukan negara ASEAN untuk memberantas Terorisme maka paradigma yang cocok untuk digunakan adalah paradigma Realisme.
Alasan kenapa Realisme digunakan untuk mnjelaskan kasus ini adalah karena dapat dilihat dari alasan tindakan pelaku terorisme tersebut. Contohnya pada aksi pembajakan kapal oleh kelompok Abu Sayyaf, Bom Bali dan tragedi 9/11. Mereka melakukan tersebut karena ingin dilihat dunia ingin membela kepercayaan yang mereka anut dan ingin membasmi semua yang menurut mereka harus dibasmi dalam hal ini, negara barat.
Dalam Teori Realisme fase ini dinamakan fase Seeking of Power dimana kelompok-kelompok teroris ini melakukan aksi teror untuk membuat dunia takut dan mengakui kehebatan serta kengerian keberadaan mereka.
Selain itu Realisme juga digunakan pada tindakan negara-negara ASEAN yang ingin segera memberantas kelompok teroris yang ada di Asia Tenggara karena Teroris merupakan Threat atau ancaman yang mengancam Security mereka. Disinilah terlihat anarkinya tindakan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H