Sejak dimulainya abad pembaharuan atau dalam istilah para akademisi dikenal sebagai zaman Renaisans, perkembangan ilmu pengetahuan di Barat berkembang secara signifkan. Hal ini juga disertainya dengan merosotnya daulah Turki Ustmani pada tahun 1730, ketika itu kekuasaan Daulah Turki Ustmani mulai berkurang karena banyaknya lilitan hutang kepada Inggris dan dunia Barat lainnya.
Dalam berbgai literatur sejarah, abad pembaharuan merupakan massa dimana bangsa-bangsa barat memulai mengembangkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Pada masa daulah Turki Ustmani pada abad ke-13, perkembangan ilmu di kawasan Byzantium Romawi juga berkembang dengan pesat, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya ilmu humanisme dan filsafat barat yang mempengaruhi ilmu tasawuf.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Lalu Heri Afrizal, dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa semenjak berkembangnya abad pembaharuan (renaisans) banyak sekali tumbuh beragam jenis paradigma, teori, konsep dan metodologi yang mewarnai keilmuan peradaban bangsa Barat dan sekitarnya. Hal inilah yang membuat bangsa Barat menjadi pusat keilmuan dunia yang dipijaki oleh seluruh ummat manusia.
Perkembangan Ilmu Psikologi
Salah satu ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dalam abad renaisans adalah ilmu Psikologi. Banyak para tokoh dalam ilmu psikologi modern seperti Alferd Binet, Erich Fromm, Sigmund Freud, Abraham Maslow yang mengkaji secara jelas mengenai ilmu psikologi namun pada cabang yang berbeda. Inilah yang membuat ilmu psikologi secara luas berkembang dan menjadi ilmu yang banyak diminati.
Pada tahun 1879 Wilhelm Wundt, merupakan seorang dokter berkebangsaan Jerman, dia juga seorang ahli dalam bidang ilmu psikologi dan disebut sebagai bapak psikologi kontemporer. Dalam berbagai jenis penelitiannya di Jerman, ilmu psikologi berkembang dengat pesat dan bermunculan berbagai konsep-konsep dalam ilmu psikologi, salah satu yang berhasil ditemukan adalah mengenai konsep kepribadian atau psikoanalisis.
Teori psikoanalisis ini dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling berpengaruh dan terkenal karena mempunyai landasan teori yang unik, teori ini berasaskan bahwa pada diri manusia terdapat aspek consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek tersebut, unconsciousness merupakan aspek yang paling berpengaruh dan dominan dalam menentukan perilaku manusia.
Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud merupakan seoorang ahli psikolog berkebangsaan Austria yang memiliki darah dari Yahudi. Sigmund Freud juga orang yang pertama kali meneliti mengenai teori psikoanalisis ini. Psikoanalisis merupakan bentuk cabang dalam ilmu psikologi modern yang meneliti tentang kepribadian atau sifat tingkah laku manusia. Semakin berkembangnya zaman, banyak dari para ahli psikolog yang berusaha mengembangkan teori psikoanalisis Sigmund Freud ini.
Teori psikoanalisis ini dikembangkan oleh Freud, karena dianggap sebagai teknik praktis terapi yang memiliki fungsi untuk mengembangkan tingkah perilaku manusia. Ilmu psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud ini ternyata banyak sekali diterima oleh masyarakat luas, terutama para akademisi psikolog dalam mengkaji tingkah laku manusia, termasuk para psikolog muslim.
Doktrin aliran Sigmund Freud ini memiliki implikasi yang besar terhadap ilmu pengetahuan, termasuk pendidikan, kedokteran, filsafat, bahkan sosial-politik sekalipun. Dalam buku berjudul 'Epistimologi Psikologi Islam' menerangkan bahwa teori psikoanalisis Sigmund Freud berlandaskan pada pemahaman atheisme yang dianut, dimana dia menentang dan menolak agama sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuannya.
Maka, disinilah pentingnya ummat Islam mempelajari akidah dan keyakinan terhadap agama yang dianut. Sebab, jika ilmu dipelajari secara sembarangan dan tanpa adanya rujukan maka itu akan menjadi sebuah problematika yang serius. Terlebih bila ilmu yang dipelajari terikat oleh doktrin-doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Psikoanalisis dalam Pandangan Islam
Hal ini tentu membuat ummat Islam yang mempelajari ilmu psikologi harus bisa selektif dalam memilah referensi yang proporsional sebagai bahan rujukan. Islam tidak melarang ummatnya untuk belajar tentang ilmu yang dikembangkan oleh orang-orang non-islam. Namun, islam menekankan bahwa segala ilmu yang dipelajari harus berlandaskan aspek religiusitas dan aspek sosial.
Secara khusus, teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bertolak belakang dengan konsep nafs (jiwa) dalam Islam. Islam memandang bahwa tingkah laku manusia telah tertulis dalam kitab suci Al-Quran. Karena, Al-Quran dan Sunnah  telah  banyak  berbicara  mengenai  hakikat  manusia,  baik  batinnya  maupun  ruhnya,  sehingga  jika  ayat-ayat  al-Qur'an dan hadis-hadis tersebut dikumpulkan dan dikaji, niscayaakan  membentuk  sebuah  pemahaman  utuh  tentang  konsepmanusia
Jika pada sudut pandang psikoanalisis Sigmund Freud, manusia memiliki hanya naluri untuk bersikap agresif dan menginginkan kenikmatan saja, maka dijelaskan di dalam Islam bahwasanya hakikat manusia tidak seperti itu. Telah dijelaskan di dalam Al-Quran bahwa manusia juga memiliki akal, qalbu, dan potensi yang diberikan oleh Tuhan untuk menyempurnakan kekurangannya.
Maka dari itu, perlu adanya sebuah proses islamisasi ilmu pengetahuan untuk mengembalikan ilmu itu kedalam fitrahnya. Tujuannya adalah agar manusia tidak terjebak dalam doktrin-doktrinasi sekular yang memicu adanya pemikiran menyimpang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H