Doktrin aliran Sigmund Freud ini memiliki implikasi yang besar terhadap ilmu pengetahuan, termasuk pendidikan, kedokteran, filsafat, bahkan sosial-politik sekalipun. Dalam buku berjudul 'Epistimologi Psikologi Islam' menerangkan bahwa teori psikoanalisis Sigmund Freud berlandaskan pada pemahaman atheisme yang dianut, dimana dia menentang dan menolak agama sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuannya.
Maka, disinilah pentingnya ummat Islam mempelajari akidah dan keyakinan terhadap agama yang dianut. Sebab, jika ilmu dipelajari secara sembarangan dan tanpa adanya rujukan maka itu akan menjadi sebuah problematika yang serius. Terlebih bila ilmu yang dipelajari terikat oleh doktrin-doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Psikoanalisis dalam Pandangan Islam
Hal ini tentu membuat ummat Islam yang mempelajari ilmu psikologi harus bisa selektif dalam memilah referensi yang proporsional sebagai bahan rujukan. Islam tidak melarang ummatnya untuk belajar tentang ilmu yang dikembangkan oleh orang-orang non-islam. Namun, islam menekankan bahwa segala ilmu yang dipelajari harus berlandaskan aspek religiusitas dan aspek sosial.
Secara khusus, teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bertolak belakang dengan konsep nafs (jiwa) dalam Islam. Islam memandang bahwa tingkah laku manusia telah tertulis dalam kitab suci Al-Quran. Karena, Al-Quran dan Sunnah  telah  banyak  berbicara  mengenai  hakikat  manusia,  baik  batinnya  maupun  ruhnya,  sehingga  jika  ayat-ayat  al-Qur'an dan hadis-hadis tersebut dikumpulkan dan dikaji, niscayaakan  membentuk  sebuah  pemahaman  utuh  tentang  konsepmanusia
Jika pada sudut pandang psikoanalisis Sigmund Freud, manusia memiliki hanya naluri untuk bersikap agresif dan menginginkan kenikmatan saja, maka dijelaskan di dalam Islam bahwasanya hakikat manusia tidak seperti itu. Telah dijelaskan di dalam Al-Quran bahwa manusia juga memiliki akal, qalbu, dan potensi yang diberikan oleh Tuhan untuk menyempurnakan kekurangannya.
Maka dari itu, perlu adanya sebuah proses islamisasi ilmu pengetahuan untuk mengembalikan ilmu itu kedalam fitrahnya. Tujuannya adalah agar manusia tidak terjebak dalam doktrin-doktrinasi sekular yang memicu adanya pemikiran menyimpang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H