Mohon tunggu...
Muhammad Rafliyanto
Muhammad Rafliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Staff Centre of Research Civilization and Islamic Literature (CRCIL)

Dunia pendidikan menjadi tujuan dalam perjalanan karir saya. Semenjak tahun 2016 saya sudah tergabung dengan komunitas Mata Pena Malang dan berfokus untuk mengembangkan literasi dan pendidikan untuk pemuda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

26 Mei 2024   14:11 Diperbarui: 26 Mei 2024   14:20 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doktrin aliran Sigmund Freud ini memiliki implikasi yang besar terhadap ilmu pengetahuan, termasuk pendidikan, kedokteran, filsafat, bahkan sosial-politik sekalipun. Dalam buku berjudul 'Epistimologi Psikologi Islam' menerangkan bahwa teori psikoanalisis Sigmund Freud berlandaskan pada pemahaman atheisme yang dianut, dimana dia menentang dan menolak agama sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuannya.

Maka, disinilah pentingnya ummat Islam mempelajari akidah dan keyakinan terhadap agama yang dianut. Sebab, jika ilmu dipelajari secara sembarangan dan tanpa adanya rujukan maka itu akan menjadi sebuah problematika yang serius. Terlebih bila ilmu yang dipelajari terikat oleh doktrin-doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Psikoanalisis dalam Pandangan Islam

Hal ini tentu membuat ummat Islam yang mempelajari ilmu psikologi harus bisa selektif dalam memilah referensi yang proporsional sebagai bahan rujukan. Islam tidak melarang ummatnya untuk belajar tentang ilmu yang dikembangkan oleh orang-orang non-islam. Namun, islam menekankan bahwa segala ilmu yang dipelajari harus berlandaskan aspek religiusitas dan aspek sosial.

Secara khusus, teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bertolak belakang dengan konsep nafs (jiwa) dalam Islam. Islam memandang bahwa tingkah laku manusia telah tertulis dalam kitab suci Al-Quran. Karena, Al-Quran dan Sunnah  telah  banyak  berbicara  mengenai  hakikat  manusia,  baik  batinnya  maupun  ruhnya,  sehingga  jika  ayat-ayat  al-Qur'an dan hadis-hadis tersebut dikumpulkan dan dikaji, niscayaakan  membentuk  sebuah  pemahaman  utuh  tentang  konsepmanusia

Jika pada sudut pandang psikoanalisis Sigmund Freud, manusia memiliki hanya naluri untuk bersikap agresif dan menginginkan kenikmatan saja, maka dijelaskan di dalam Islam bahwasanya hakikat manusia tidak seperti itu. Telah dijelaskan di dalam Al-Quran bahwa manusia juga memiliki akal, qalbu, dan potensi yang diberikan oleh Tuhan untuk menyempurnakan kekurangannya.

Maka dari itu, perlu adanya sebuah proses islamisasi ilmu pengetahuan untuk mengembalikan ilmu itu kedalam fitrahnya. Tujuannya adalah agar manusia tidak terjebak dalam doktrin-doktrinasi sekular yang memicu adanya pemikiran menyimpang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun