Mohon tunggu...
Rafli Marwan
Rafli Marwan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bahasa, sastra, dan Budaya

"Seorang Penulis dapat melihat segi-segi lain yang umum tidak mampu melihat (Pramoedya)"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Momake dan Seksualitas

17 Juli 2019   09:30 Diperbarui: 30 Juni 2021   06:01 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Momake dan Seksualitas (unsplash/freestocks)

Bahkan, momake yang awalnya hanya berfungsi untuk marah, sekarang mengalami penambahan fungsi yaitu candaan. Bercanda dengan cara mengumbar-ngumbar kata-kata jenis kelamin.

Seksualitas Momake melahirkan Kekerasan Perempuan

Seksualitas muncul karena ada seks. Prosesnya seks muncul melalui bahasa, seksualitas muncul sebagai dampak dari seks.

Seksualitas adalah sebuah indikasi yang mengungkap dampak psikologis, sosial, dan budaya yang muncul dari perkataan mumake. 

Dalam konteks seksualitas, momake bukan sebatas ucapan kasar karena marah, lebih dari itu, momake menyimpan streotipe karena perempuan dilabeli dengan sesuatu yang negatif dan diperlakukan tidak adil. Ketidakadilan itu terletak pada dominannya perkataan mumake yang menggunakan tubuh dan jenis kelamin mereka.

Jenis kelamin perempuan sebagai hal privat yang berharga, direndahkan dengan cara mengumbar habis-habisan di tempat terbuka. Mirisnya, bukan hanya laki-laki yang melakukannya, tetapi juga perempuan sendiri.

Ketika perempuan diperhadapkan dengan perkataan mumake di terbuka maka muncul tekanan psikologis, karena apa yang mereka dengar adalah sebuah pelecehan yang menyebut identitas dirinya.

Ketika perempuan mengalami tekanan psikologis, di situlah muncul kekerasan. Kekerasan ini dalam gender disebut kekerasan psikologis yang lebih berbahaya dari kekerasan fisik. 

Jadi, selagi momake terus-menerus diucapkan, maka kekerasan terhadap perempuan terus terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun