Bahkan, momake yang awalnya hanya berfungsi untuk marah, sekarang mengalami penambahan fungsi yaitu candaan. Bercanda dengan cara mengumbar-ngumbar kata-kata jenis kelamin.
Seksualitas Momake melahirkan Kekerasan Perempuan
Seksualitas muncul karena ada seks. Prosesnya seks muncul melalui bahasa, seksualitas muncul sebagai dampak dari seks.
Seksualitas adalah sebuah indikasi yang mengungkap dampak psikologis, sosial, dan budaya yang muncul dari perkataan mumake.Â
Dalam konteks seksualitas, momake bukan sebatas ucapan kasar karena marah, lebih dari itu, momake menyimpan streotipe karena perempuan dilabeli dengan sesuatu yang negatif dan diperlakukan tidak adil. Ketidakadilan itu terletak pada dominannya perkataan mumake yang menggunakan tubuh dan jenis kelamin mereka.
Jenis kelamin perempuan sebagai hal privat yang berharga, direndahkan dengan cara mengumbar habis-habisan di tempat terbuka. Mirisnya, bukan hanya laki-laki yang melakukannya, tetapi juga perempuan sendiri.
Ketika perempuan diperhadapkan dengan perkataan mumake di terbuka maka muncul tekanan psikologis, karena apa yang mereka dengar adalah sebuah pelecehan yang menyebut identitas dirinya.
Ketika perempuan mengalami tekanan psikologis, di situlah muncul kekerasan. Kekerasan ini dalam gender disebut kekerasan psikologis yang lebih berbahaya dari kekerasan fisik.Â
Jadi, selagi momake terus-menerus diucapkan, maka kekerasan terhadap perempuan terus terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H