Apapun keadaannya, nasi sudah menjadi bubur, jika benar adanya proyek ini berjalan, maka aka nada lubang besar di lokasi pertambangan untuk mengeruk kekayaan emas dan tembaga Aceh Selatan. Jangankan berfikir hasil tambang, berfikir akan ancaman kerusakan lingkungan saja sudah cukup memedihkan hati. Terbayang pedihnya tsunami, rusaknya hutan hingga banjir bandang akibat ekosistem yang tak seimbang, semuanya karena ulah beberapa dari kita yang ingin merasakan nikmat di atas kesengsaraan rakyat Aceh. Namanya kongkalikong yaa selalu bermakna negatif, hingga hasil dari kongkalikong tersebut jangan berharap demi kesejahteraan dan kemajuan rakyat Aceh. Bagaimana tidak? sejak dari perencanaannya saja sudah sembunyi-sembunyi, pihak-pihak yang berkepentingan dalam proyek ini pun cenderung menutup-nutupi dan lalu media sebagai filter sekaligus pengawas independen jalannya kebijakan pun seolah dibutakan situasi dan digiring dalam suatu keadaan/isu yang penting saat itu. Bau busuk proyek "sembunyi-sembunyi" ini tentu hampir dipastikan, hasilnya pun dibagi secara "sembunyi-sembunyi". Itulah kongkalikong ala serambi Mekah, kali ini sasarannya adalah tambang emas Aceh.
Rafli Hasan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H