Mohon tunggu...
Rafi AZaidan
Rafi AZaidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

yea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semua Partai Korup, Kredibilitasnya?

8 Januari 2024   13:11 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:11 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Korupsi menjadi istilah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Didengar di radio, dibaca di koran, ditonton di televisi; seolah pelaku tindak pidana korupsi teramat dekat. Keberadaannya begitu lekat. Di Indonesia, pejabat yang terjerat kasus korupsi bukanlah berita baru. Di setiap periode, selalu ada penguasa yang ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi.

Pengertian Korupsi

Korupsi sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin yakni corruptio atau corruptus. Kata ini kemudian diadopsi oleh berbagai bahasa. Dalam bahasa Inggris menjadi corruption, dalam bahasa Belanda menjadi coruptie, dan dalam bahasa Indonesia menjadi korupsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sejalan dengan World Bank yang menyatakan bahwa korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi. Pengertian korupsi yang disampaikan oleh World Bank menjadi standar internasional dalam mendefinisikan tindak pidana korupsi.

Partai Politik dan Korupsi

Demi keberlangsungan suatu negara demokratis, diperlukan peran partai politik dan penyelenggaraan pemilihan. Demokrasi datang bersama hak rakyat untuk berpartisipasi, memilih, dan menentukan kebijakan publik serta pemimpin mereka. Di samping itu, partai politik tidak hanya menjalanjan fungsi pemerintahan. Partai politik juga berdiri untuk menyalurkan collective will yang menjadi representasi kepentingan masyarakat.

Sangat disayangkan jika pada faktanya, partai politik menjadi sarang bagi pelaku tindak pidana korupsi. Hasil kajian Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) UGM memaparkan bahwa seluruh partai politik yang memiliki perwakilan sebagai anggota dewan maupun menjabat di kementerian dalam Kabinet Indonesia Bersatu 2009-2014 terlibat dalam tindak pidana korupsi. Maknanya, tidak ada satu partai pun yang bersih dari praktik korupsi (Juniar, 2021).

Lebih jauh lagi, sejak pembentukan KPK hingga tahun 2019, telah ditemukan setidaknya 107 orang Kepala Daerah yang terlibat dalam kasus korupsi. Di samping itu, sepanjang periode 2014-2019 terdapat 23 orang anggota DPR RI yang ikut terseret kasus korupsi. Bahkan, KPK  telah menjerat sembilan orang menteri dan mantan menteri yang merupakan kader partai politik. Hal ini merujuk pada data yang dihimpun oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2019. (Lidwina, 2023)

 

Jumlah Menteri dan Anggota DPR yang Terjerat Korupsi

Berdasarkan catatan Katadata.co.id, ada delapan menteri terafiliasi partai politik dan 44 anggota DPR yang diputus bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam 20 tahun terakhir.             

 

2004-2009

Partai Bintang Reformasi (PBR)                                   : 1 Orang

Partai Amanat Nasional (PAN)                                      : 1 Orang

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)                               : 1 Orang

Partai Bulan Bintang (PBB)                                            : 1 Orang

Partai Demokrat                                                                  : 1 Orang

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)                      : 2 Orang

Partai Golongan Karya (Golkar)                                   : 3 Orang

2009-2014

Partai Amanat Nasional (PAN)                                      : 1 Orang

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)                      : 1 Orang

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)                                   : 1 Orang

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)   : 2 Orang

Partai Demokrat                                                                  : 8 Orang

2014-2019

Partai Nasional Demokrat (Nasdem)                         : 1 Orang

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)                                   : 1 Orang

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)                          : 2 Orang

Partai Demokrat                                                                  : 2 Orang

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)                      : 2 Orang

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)                               : 2 Orang

Partai Amanat Nasional (PAN)                                     : 3 Orang

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)   : 3 Orang

Partai Golongan Karya (Golkar)                                   : 8 Orang

2019-2024*

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)             : 1 Orang

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)  : 1 Orang

Partai Nasional Demokrat (Nasdem)                        : 2 Orang

Partai Golongan Karya (Golkar)                                  : 2 Orang

              *)Data per Mei 2023

Kasus Menteri Kabinet Indonesia Maju

              Pada periode masa jabatan yang ke-2, tercatat sudah ada tiga menteri di kabinet Jokowi-Amin yang terciduk dalam operasi tangkap tangan KPK. Ketiganya terbukti bersalah.

No

Nama

Partai

Jabatan

Kasus

Estimasi Kerugian

1.

Edhy Prabowo

Gerindra

Menteri Kelautan dan Perikanan

Suap izin budidaya dan ekspor benih lobster

Rp 25,7 miliar

2.

Juliari Batubara

PDI Perjuangan

Menteri Sosial

Suap bansos Covid

Rp 32,482 miliar

3.

Johnny G Plate

Nasdem

Menteri Komunikasi dan Informatika

Korupsi pembangunan BTS

Rp 8,03 triliun

Kesimpulan

Dari data yang diperoleh, didapatkan fakta bahwa partai koalisi pada masing-masing periode mendominasi praktik tindak pidana korupsi. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Lord Acton bahwa "Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely". Semakin besar kuasa seseorang, semakin besar peluang untuk melakukan aksi korupsi.

Namun, perlu ditekankan bahwa korupsi dapat diibaratkan sebagai sebuah gunung es. Baik suka maupun tidak suka, perlu untuk kita ketahui bahwa kasus korupsi yang kita saksikan selama ini hanya sebagian kecil. Masih banyak tindakan suap, gratifikasi, penggelapan, sampai pemerasan di tingkat akar rumput yang tidak terliput oleh media.

Tidak semua kader partai yang bermain kotor dapat terpantau sepenuhnya oleh penegak hukum. Maka mengukur tingkat korupsi merupakan pekerjaan yang hampir mustahil (Wademan, 2004). Sejalan dengan hal itu, maka menentukan partai mana yang paling bersih dan mana yang paling korup merupakan perkara yang sulit pula.

Dengan demikian, tugas kita sebagai rakyat, tidak berhenti di bilik suara. Adalah tanggung jawab kita untuk senantiasa mengawasi kinerja pemimpin yang telah kita pilih. Mengawal terus janji dan program yang mereka jalankan.

 

Daftar Pustaka

Juniar, A. (2021). Redesain Demokrasi Internal Partai Politik: Upaya Mencegah. Jurnal Politikom Indonesiana.

Lidwina, A. (2023, April 3). Retrieved from katadata.co.id.

Wademan, A. (2004). Great disorder under heaven: Endemic corruption and rapid growth in contemporary China.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun