Mohon tunggu...
Rafito
Rafito Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hitung-hitungan dengan Tuhan

9 Februari 2022   12:57 Diperbarui: 7 Juni 2024   22:03 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tidak pernah mengklaim bahwa saya bertuhan, karena saya sendiri merasa masih belum bisa memancarkan Tuhan dari diri saya. Selain itu, menurut saya yang pantas menilai apakah seseorang bertuhan hanyalah Tuhan itu sendiri. Manusia tidak memiliki kapasitas untuk menilai hal itu.

Banyak orang bangga karena sering beribadah sampai-sampai merasa dirinya telah memiliki tiket surga. Banyak orang bangga karena merasa hubungannya dengan Tuhan telah sempurna, tetapi lupa akan hubungannya kepada sesama manusia. Padahal, bagi saya ibadah bukan hanya soal seberapa sering kita pergi ke rumah ibadah. 

Namun, ibadah merupakan cerminan Tuhan dari diri kita. Saya berpendapat seseorang telah beribadah bukan ketika ia pulang dari rumah ibadah, atau seberapa banyak ia menghafalkan ajaran agamanya. Seseorang telah beribadah ketika ia bisa memancarkan Tuhan dari dalam dirinya. Seseorang telah beribadah ketika lingkungan di sekitarnya merasakan adanya Tuhan dari dirinya.

Selain kepada Tuhan, ikhlas juga harus kita terapkan kepada sesama manusia. Ketika kita melihat seseorang yang memerlukan bantuan, maka kita harus membantunya tanpa niat apapun, misalnya supaya kelak di lain hari orang tersebut akan membantu kita. Hal semacam itu membuat kita merasa berjasa ketika melakukan sesuatu, dan hal tersebut menjadikan kita mengingat-ingat perbuatan yang kita lakukan. Maka, hendaknya kita melakukan sesuatu karena darma saja. Titik.

Lalu, jika ada seseorang yang berbuat baik kepada kita, apakah kita harus membalas kebaikan tersebut? Menurut saya tidak perlu, karena dengan kita membalas kebaikan seseorang, maka berarti kita tidak tulus. Karena  kebaikan yang kita lakukan bukan murni dari hati nurani, tetapi karena "paksaan" moral untuk membalas.

Sebagai manusia, marilah kita untuk mulai meninggalkan hubungan transaksional dalam melakukan kebaikan. Lepaskan keinginan untuk mendapat pahala atau mendapat surga ketika melakukan kebaikan. Jangan menjadikan hubungan dengan Tuhan sebagai bisnis atau investasi semata. Dan yang terpenting, lupakan niat ketika ingin berbuat sesuatu.

Terima Kasih Telah Membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun