Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peluang Indonesia "Zero Covid-19" Masih Besar

18 April 2020   20:07 Diperbarui: 18 April 2020   20:21 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan kesehatan penumpang di Pelabuhan Ferry Taipa, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Jumat (17/4/2020). FOTO: Dok.pri

Salah satu cara sederhana yang dinilai optimal, yakni menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan cara rutin cuci tangan. Kemudian tetap tinggal dalam rumah. Jika ada urusan sangat penting, baiknya menggunakan masker. 

Sementara pemerintah menyiapkan sejumlah langkah strategis, seperti pemenuhan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis, pembatasan pada akses pintu masuk, gencar sosialisasi di masyarakat, dan mengupayakan masker bagi warga. Paling penting lagi, menjamin ekonomi, politik dan sosial agar tidak berdampak lebih buruk lagi. 

Namun pada faktanya, meningkatkan trend kasus Covid-19 menandakan masih banyak warga yang tidak serius menerapkan imbauan itu. Banyak ditemukan fenomena warga menolak untuk diperiksa kesehatan setelah diketahui pernah kontak dengan pasien positif maupun berkunjung dari daerah terpapar virus. 

Fenomena sedikit terjadi. Justru faktanya banyak warga masih berkeliaran di luar rumah dan tidak menggunakan masker. Padahal telah disampaikan wajib menggunakan masker. Ada alternatif jika tidak memiliki masker berstandar medis, bisa menggunakan masker kain dengan dilapisi tisu dibagian dalam masker. 

Baru - baru ini Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah dihebohkan video salah seorang warga menolak diperiksa kesehatannya. Fenomena itu juga ditemukan di Medan. Kabarnya ada warga Medan  menolak menjalani cek kesehatan sepulang dari Singapura. Tidak menutup kemungkinan di daerah lain juga terjadi hal serupa.

Foto: dok.pri
Foto: dok.pri
Fenomena kurangnya kesadaran warga menggunakan masker juga ditengarai sesuatu yang tabu dan tidak terbiasa. Wajar saja, sebelumnya masker tidak sepenting sekarang ini. Tapi apapun alasannya, dengan menggunakan masker bisa mengurangi potensi terpapar virus.  

Salah satu pertimbangan utama, virus ini lebih berbahaya karena tak semua yang terinfeksi menunjukkan gejala serius. Bahkan ada yang mengalami gejala ringan bahkan tanpa gejala atau silent carrier. 

Silent carrier ini sulit dideteksi sebab hanya bisa diketahui hanya melalui pemeriksaan. Sementara mereka yang tidak menunjukkan gejala, bisa saja berpikir bahwa dirinya sehat dan beraktivitas seperti biasa. 

Padahal ia dapat menularkan virus corona ini pada orang lain, baik di rumahnya maupun masyarakat umum lainnya, sehingga penyebaran makin meluas.

Ada pandangan berbeda terkait virus ini. Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Abidinsyah Siregar mengungkapkan virus corona yang telah menular ke tubuh berpotensi bisa mati dengan sendirinya. Ini bisa terjadi setelah melalui 14 hari masa inkubasi. Akan tetapi, sistem kekebalan imun individu  dipertaruhkan selama masa inkubasi. Itu artinya, imunitas yang kuat bisa membuat virus itu tidak ada apa-apanya. Meski analisis itu bisa mengurangi sedikit kekhawatiran, alangkah baiknya individu yang tertular tetap memeriksakan diri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun