Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hillary, Grace, dan Prabowo

20 April 2019   20:54 Diperbarui: 23 April 2019   16:17 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Pilpres AS 2016, Hillary harus menelan pil pahit setelah prediksi lembaga survei ditepis dengan kenyataan yang ada. Perolehan 232 suara tidak mampu menundukkan Donal Trump dengan perolehan 306 suara berdasarkan perhitungan elektoral vote.

Padahal, lembaga survei saat itu memprediksi angka kemenangan Hillari 85 persen dari New York Times, Reuters 90 persen. Tapi dimentahkan, Hillary kalah.

Sama halnya dengan PSI. Dominasi pemilih milenial di Indonesia serta caleg mudanya diprediksi bisa menembus ambang batas parlemen. Sayangnya, Grace menyudahi keriaannya dengan kenyataan yang ada.

Hikmah dibalik kisah dua petarung kalah, Hillary menyerukan kepentingan negara daripada kepentingan kemenangan. Begitu juga dengan Grace, semboyan partai anti korupsi dan anti intoleransi jadi isu utama dalam menjalankan roda parlemen dan kepartaian.

Bagaimana kisah Prabowo saat ini? ia sedang menghadapi perbedaan perhitungan suara menurut internal BPN dan lembaga survei. Hasil perhitungan berjalan lembaga survei serta Libang Kompas menunjukkan kemenangan Jokowi. Sementara internal BPN menghasilkan 62 persen untuk Prabowo.

Tentu hasil ini tidak memuaskan dirinya. Bahkan dicurigai intrik kubu Jokowi memainkan peran menggagalkan dirinya menjadi presiden. Entah kecurigaan itu berbentuk kecurangan atau salah memasukkan data C1, itu urusan pihak berkompeten.

Akan tetapi, patut ditunggu apakah hasil perhitungan KPU membenarkan kemenangan itu milik Prabowo ataukah ternyata milik Jokowi, kita tunggu hasilnya. Menariknya lagi, kita tunggu Prabowo kembali berpidato. Kalau menang, saya harap Sandi bisa hadir dalam pidato Prabowo. Kalau ternyata kalah, mungkin saja ada gugatan dari BPN. Jika ternyata kalah juga, jika saya menjadi seorang Prabowo, rasa-rasanya malu kalau mengulangi pidato yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun