Malam ini, Komisi Pemilihan Umum akan menggelar debat capres ke-4 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Â Pesertanya adalah capres Joko Widodo (Jokowi) dan capres Prabowo Subianto. Keduanya akan memaparkan visi dan misinya terkait tema ideologi, pertahanan dan keamanan, pemerintahan dan hubungan internasional.
Debat dengan durasi sekitar dua jam itu, disiarkan langsung oleh Metro TV, Indosiar dan SCTV yang dimoderatori pembawa acara berita (News Anchor) di SCTV, Retno Pinasti, dan pembawa acara berita di Indosiar Zulfikar Naghi. Sembilan orang akan menjadi panelis dalam debat kali ini.
Menariknya, debat kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyiapkan alokasi waktu khusus antara capres Jokowi dan capres Prabowo Subianto untuk saling bertanya menjawab dan memberikan respon.
Mirip laga krusial antara tim papan atas, biasanya dimenit akhir jadi penentuan siapa yang menjadi macan. Tersirat harapan besar di menit akhir tidak saling menyerang secara personal. Tapi ini debat, bukan pertandingan sepak bola.
Kedua capres diprediksi tidak akan mengendurkan serangan argumentasi pada sesi akhir debat. Pada awal bedat, keduanya saling menguatkan pondasi berfikir agar pada sesi akhir tidak kehabisan bahan. Maka pilihan argumen normatif itu diberlakukan.
Masuk pada menit akhir, ada rasa pesimis keduanya mampu mengendalikan emosi intelektual untuk tidak menyinggung ranah personal. Lihat saja debat sebelumnya, walaupun tidak mendominasi, serangan personal tetap saja muncul. Kalau Sandiaga Uno vs Ma'ruf Amin yang jadi capres, bisa dibayangkan betapa sejuknya debat tanpa saling serang pribadi.
Komunikasi hig- context menjadi tipe komunikasi kedua capres untuk bebas berbicara apa saja sesuai tema yang sudah ditentukan. Namun bukan berarti tidak ada keingingan mempertanyakan segala sesuatu dibalik uraian track record untuk menjadi seorang capres.
Debat sebelumnya Jokowi menyinggung banyak hal soal konsistensi visi nurasi Prabowo membersikan Indonesia dari kehadiran para koruptor. Menariknya, keberadaan ratusan ribu hektare lahan Prabowo juga terlibat dalam persoalan kapasitas menjadi seorang kepala negara.
Meski terus disentil, Prabowo tidak diam. Manajemen organisasi turut dibicarakan karena komponen pemerintahan dinilai tidak rapi. Alhasil, infrastruktur di era Jokowi terkesan grasa-grusu. Ada yang lebih ramai dibicarakan, saat Jokowi menyingung soal lahan Prabowo, malah jadi bumerang. Alih-alih meyakinkan program bagi-bagi tanah, malah dicap sebagai orang yang tidak paham sejarah.
Apa yang terjadi pada debat sebelumnya, bisa saja kembali terulang di menit-menit akhir debat keempat. Kedua kubu saling mengklaim telah menjadi macan dalam debat. Faktanya, macan yang dimaksud bukan sebuah entitas, melainkan efek imagologi untuk mendapat sebuah pengakuan masyarakat tentang siapa yang munafik ketika berbicara soal idealisme kerakyatan.