Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekaguman Jakarta dan Sinyal Kursi Panas

26 Januari 2019   10:45 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:20 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuannya BTP dikediaman OSO di Jl Denpasar Raya, Kuningan, Jakarta Selatan. Hanya ingin menyampaikan terima kasih atas cincin "ajaib" yang dipakai selama dalam tahanan. Seakan-akan cincin itu membawa pesan tersirat dan cahayanya pertanda kelak akan bebas lewat grasi. Kalau dalam ilmu per-dukun-nan, kita sudah mengira-ngira, ada efek magis dari cincin itu. 

Apalagi, ada sebutan "ajaib", maknanya jelas. Tapi ini dalam tahanan, ilmu dukun seperti apa yang bisa membuat seluruh jajaran petinggi dan pemangku keputusan memberikan grasi? Orang cerdas mana paham soal ilmu dukun. Jangankan dukun, sebuah cincin dari ukiran manusia saja, sangat tidak masuk akal itu bisa terjadi. Ini bukan tentang ilmu dukun, mungkin saja maksud politis.

Aroma kedatangan Sang Maestro (julungan disematkan orang banyak) ke kediaman OSO tercium para jajaran OSO seperti sekretarisnya, Ratih, dan Wasekjen Hanura Tiurmaida Tampubolon. Tentu bukan pertemuan sebatas cincin "ajaib" dan ucapan terima kasih. Makna kata sebagai orang tua memang biasa-biasa saja dan pada umumnya penyematan sebagai yang di-orang tua-kan punya nilai psikis dan moral tersendiri. 

Di sisi lain, efek moralitas sebagai orang tua dimaksudkan memakai cincin "ajaib" yang sudah dilengkapi pesan-pesan tersirat. Pada akhirnya, membuat BTP tersadar dan banyak belajar selam mendekam dalam tahanan.  Tapi sekali lagi, OSO bukan orang tua kandung. Mungkin saja orang tua ideologis, atau politis.  

Sinyal Politik, Sinyal Kursi Panas?

Sosok BTP dikanca politik memang menimbulkan efek luar biasa. Karakter politik yang dimilikinya hampir tidak dimiliki orang lain. Sikap tegas dan berani mengambil keputusan memberikan harapan tentang Indonesia yang bersih. Namun, karakter dirinya sendiri menjadi sorotan banyak orang yang dikenal berlebihan dan tidak berperasaan, main pecat sana sini, marah sana sini tidak peduli banyak orang. 

Sedikit cuitan orang-orang yang pernah berhadapan dengan BTP. Tapi, pada dasarnya orang memiliki karakter masing-masing. Sederhana, melihat karakter sosok pemimpin, lihat cara bicaranya. Misalnya, Soekarno, pemimpin tegas dan merakyat tergambarkan lewat cara bicara dan pergaulannya sehari-hari. 

Saat dirinya dikepung kepentingan Jepang dan Rakyatnya, Soekarno tetap hadir membela rakyat. Selain Seokarno, Obama dengan karakter cakap namun lembut dan merakyat. Tidak jauh berbeda dengan Soekarno.

Sosok BTP berbeda jauh dengan para tokoh pemimpin yang kita kenal. Tapi, untuk membersihkan Indonesia dari para pemain anggaran, harus dengan tegas dan keras. Kalau perlu, masukkan dalam penjara. Inilah sosok yang mencuat dari BTP. Alhasil, dari Jakarta saat itu, minim pelanggaran anggaran.

Usai bebas, banyak para tokoh yang mengajaknya kembali berpolitik. Misalnya, ada yang mengajak masuk dalam grup TKN, mengampanyekan namanya sebagai ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menjadi Ketua Partai. 

Tentu, semunya kurang cocok. Sebab, selama ini harapan Indonesia bersih dari figur BTP berawal dari kursi nomor 1 Jakarta, bukan kader partai. Selama memimpin, hampir tidak pernah tersiarkan dirinya memiliki gagasan dan ide tentang dari Jakarta untuk Indonesia, berawal dari Partai. Justru, legitimasi gagasan dan ide ada dalam jabatan sebagai Gubernur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun