Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekaguman Jakarta dan Sinyal Kursi Panas

26 Januari 2019   10:45 Diperbarui: 26 Januari 2019   11:20 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai menjalani pidana penjara 1 tahun 8 bulan 15 hari, mantan orang nomor satu DKI Jakarta, Basuki Tjahara Purnama (BTP) yang dulunya disapa Ahok, akhirnya menghirup udara segar. BTP didakwa dengan Pasal 156 huruf a KUHP atas penodaan agama dan divonis dengan hukuman penjara selama 2 tahun per 9 Mei 2017. 

Mantan Gubernur DKI itu terbukti bersalah melakukan penodaan agama atas pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Selama menjalani hukuman, BTP menerima remisi Natal pada tahun 2017 selama 15 hari, remisi 17 Agustus selama 2 bulan, dan remisi Natal 2018 selama 15 hari dengan total remisi 3 bulan 15 hari.

Kala menghirup udara segar, BTP bersama anak sulungnya Nicholas Sean di sebuah mobil sontak mengagumi situasi Jakarta demikian berubah. Apalagi, program yang ia canangkan selama memimpin, nampak bernilai positif. 

Tampak kekaguman dari raut wajahnya, mengintip dari jendela mobil ada gedung-gedung baru yang dulu belum pernah dilihatnya. Melintasi kawasan Pancoran, kawasan sudirman, Jakarta tampak seperti baru. Semua tidak luput dari pandangan mantan orang nomor 1 Jakarta itu.

Masjid Fatahillah, Underpas Matraman, RPTA Kalijodo, LRT Jakarta, Underpas Mampang-Kuningan, Flyover Pancoran, Transjakarta Layang Koridor 13, dan Simpang Susun Semanggi, adalah sederet program BTP kala memimpin Jakarta. 

Dari deretan program itu, BTP tampak tidak bisa menyembunyikan kekagumannya atas pembangunan Simpang Susun Semanggi. Pasalnya, dirinya belum sempat meresmikan Simpang Susun Semanggi karena harus mendekam dalam tahanan.

Melalui, tayangan vlog yang diunggah ke akun YouTube-nya 'Panggil Saya BTP', Jumat (25/1/2019). BTP mengagumi pembangunan Simpang Susun Semanggi. Selama perjalanan, sang Sopir tidak luput dari pertanyaan BPT. 

Awal mula, bertanya apakah sang Sopir akan melewati Simpang Susun Semanggi. Kemudian, dimana jalur untuk naik Simpang Susun Semanggi, lalu sang Sopir menjawab dengan tenang seperti memahami proyek kebanggaannya itu. We try, jadi jawaban penutup BTP kala melintasi Simpang Susun Semanggi, warisan yang tinggalkannya saat memimpin Jakarta.

Sedikit menatap masa itu, dimana Simpang Susun Semanggi menjadi salah satu infrastruktur ikonik di Jakarta yang dibangun tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta tanpa utang. Tampak bangunannya melingkar di jantung kota Jakarta dan adanya lampu warni-warni yang menyala di malam hari. 

Infranstruktur ini dibangun pada 8 April 2016 dengan jalan sepanjang 1,6 kilometer (km) dan menelan biaya Rp 345,067 miliar. Tentu, pembangunan tanpa APBD dan utang menjadi pernyataan. Taktik seperti apa yang digunakan hingga berhasil membangun infrastruktur kebanggan Jakarta itu. 

Ternyata, proyek ini dibiayai dari dana kompensasi atas kelebihan koefisien luas bangunan (KLB) dari PT Mitra Panca Persada, anak perusahaan asal Jepang, Mori Building Company.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun