Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir dari Sebuah Kasus

22 Oktober 2017   22:40 Diperbarui: 22 Oktober 2017   22:44 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikmati saja malam ini. Sumber: www.artitude.eu

"Dari hasil pengkajian saya selama ini, apa yang dilakukan Bolong adalah H2S yang mengotori Atmosfer," penjelasan Guru Kimia ini membuat bolong mulai pasrah. Hakim segera memvonisnya.

"Aromanya tidak dapat dikali, tapi bisa di-bagi." Kata Guru Matematika

"Pak Hakim yang mulia, ini salah satu sebab terjadinya perang dalam sejarah dunia." Singkat Guru Sejarah dengan suara sedikit menekan ditenggorokan. Kalimat Guru Sejarah ini pun sontak membuat orang yang menonton makin riuh.
"Itu adalah notifikasi bahwa ada file tak terpakai yang harus segera dihapus." Kata Guru Komputer

Pak Hakim yang mulia mulai tampak lelah mendengarkan beberapa saksi ahli. Pak Hakim yang mulia mengatur nafasnya kembali, meminum sebotol air mineral untuk menenangkan diri.

Suasana pun makin riuh. Awalnya tidak mengganggu jalannya sidang, kali ini keriuhan diruangan pengadilan membuat Pak Hakim yang mulai jadi terganggu. Segera ia mengambil palunya dan mengetuk palunya dengan keras. Syukurlah, ketenangan mulai mewarnai jalannya persidangan.

"Silahkan dilanjutkan." Pak Hakim yang mulia melanjutkan penjelasan saksi ahli.

"aromnya berisi berbagai campuran, saya masih bingung ini campuran apa. saya belum pernah menemukan resep dari campuran ini." Kata Guru Tata Boga dengan wajah berkeringan dan bingung.

"Pola hidup yang tidak sehat sangat berpengaruh dengan hasil yang dikeluarkan." Kata Guru Olahraga menjadi penutup penjelasan dari beberapa saksi ahli.

Tak terasa sidang semakin larut, orang-orang yang menyaksikan jalannya persidangan tetap seperti biasa. Para makhluk putih abu-abu terus berdatangan hingga tidak lagi mampu menampung ruang persidangan.

Pak Hakim yang mulai mulai lelah, dengan sisa semangat yang ada,  ia kembali melanjutkan persidangan. Kasus ini membuatnya bingung. Tampaknya ini kasus yang sulit dibongkar, sebab beberapa saksi ahli memberikan penjelasan yang berbeda.

Hari makin larut, suasana malam ditambah dinginnya AC membuat Pak Hakim yang mulai mulai menggerak-gerakknya pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Kadang dadanya menunduk kedepan sementara bokongnya ditarik kebelakang. Tapi, ia tidak mampu menahan lagi. Akhirnya, suara halus pun terdengar, suasa pengadilan makin memanas, orang-orang meneriaki dengan kalimat jelek, para wartawan menangkan moment  itu dengan menuliskan berita bahwa Pak Hakim yang mulia ternyata melalukan kasus yang sama. Sementara wartawan lainnya menulis berita biasa-biasa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun