Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir dari Sebuah Kasus

22 Oktober 2017   22:40 Diperbarui: 22 Oktober 2017   22:44 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikmati saja malam ini. Sumber: www.artitude.eu

"Bunyinya terletak di nada F." Kata Guru Musik.

3 jam sudah berlalu. Semua kesimpulan dari para saksi ahli masih belum memberikan kejelasan atas tindakan Bolong.

"Terlalu abstrak, aromanya sulit diungkapkan lewat kata-kata." Kata Guru Bahasa Indonesia.

"Inilah prinsip utama untuk hasil besar dari pengeluaran sekecil-kecilnya." Kata Guru Ekonomi.
"Begini pak Hakim yang mulia, menurut saya, posisi keberadaannya mengikuti arah angin." Kata Guru Geografi.

Waktu sudah sore, teriakan dari dalam dan luar pengadilan tidak berubah, ada yang menyalahkan ada yang membenarkan bahkan ada yang tidak percaya atas penjelasan para saksi ahli itu.

Pak Hakim mengskorsing sidang untuk shalat ashar.

50 menit kemudian, sidang pun dibuka lagi. Masih ada beberapa saksi ahli yang akan dipanggil. Pahk Hakim yang mulia langsung memanggil mereka dan guru pun memberikan penjelasan. Kali ini penjelasannya mengarah pada menyalahkan tindakan Bolong. Ada pula yang sedikit ambigu.

"Inilah salah satu ciri khas bangsa kita, suka menahan diri sampai akhirnya jebol sendiri." Kata Guru PPKN.

"Ini tidak benar Pak Hakim yang mulia, perbuatan Bolong adalah salah satu perilaku menyimpang dari sikap seseorang." Kata Guru Sosiologi.

Ruang pengadilan jadi gemuruh. Semua orang bertepuk tangan, termasuk Jaksa dan Pembela. Banyak yang bersorak-sorak. Beberapa orang mulai meneriakkan yel.

"Saya tidak menemukan adanya pembenaran atas tindakan Bolong, menurut saya Inilah salah satu yang membatalkan wudhu." Kata Guru Agama dengan nada keras dan lantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun