"Aiihhh,,, lagi intip siapa tuh, Indra ya."
"Sssttt,,, diam."
Indra adalah aktivis LIKRA. Ayu sangat menyukai Indra, cowok palintg cooldan berpengaruh se fakultas. Selain Ayu, ada ratusan kaum hawa lainnya yang juga menyukai Indra. Wajahnya tidak setampan artis korea atau penyanyi sekelas Ariel Noah. Tapi, kecerdasan dan wawasannya yang luas menyampingkan soal fisik. Apalagi retorikanya yang menghanyutkan, hingga ia kenal pandai menghegomoni orang.
"ayoo kita kesana! Jangan sampai Indranya pulang." Ajak Dina sambil menarik tangan Ayu.
"Aiiihhh,, malu. Di sini saja."
Mereka berdua tetap berdiri dibalik tembok  Ayu sibuk mengintip membayangkan dirinya berada disamping sambil tertawa riang bercerita tentang hal-hal yang menghanyutkan. Sementara Dina berfikir bagaimana cara membuat Ayu makin malu.
"Indraaaaaaaa,,, Ayu panggil." Teriak Dina sambil melambaikan tangannya.
Bergegas Ayu memalingkan tubuhnya dan bergeser dari balik tembok tempatnya ia mengintip. Sementara Dina melambaikan tangannya sekadar memastikan panggilan itu datang dari arah tembok perpustakaan. Ayu segera menarik tas Dina agar tidak terlihat benar kalau ada Ayu disamping Dina. Recananya, kalau Indra mengetahui arah panggilan itu dari tembok perpustakaan, Dina ingin memasang jari telunjuk ke arah Ayu sebagai tanda kalau ada Ayu disampingnya.
Untungnya, Indra tidak menemukan arah panggilan itu. Karena Ayu gesit menarik Dina, Indra tampak kebingungan siapa yang memanggil dirinya tadi.
"Sudah, bikin rusak mood saja kamu ini." Tekan Ayu dengan suara sedikit keras.
"Cieee,,, masa aktivis pemalu. Hadeehhh" Dina menepuk jidatnya sendiri.