Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saat "Jendral' Dibedah

16 Juli 2017   14:04 Diperbarui: 16 Juli 2017   14:10 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Sulteng, Drs H Longki Djanggola menyerahkan buku kepada Moderator, Tasrif Siara pada bedah buku terbatas di Hotel Palu Golden, Jumat (14/7/2017). FOTO: Amar Sakti

"Hanya saja, buku ini belum memenuhi harapan saya, khususnya dalam bagian tentang keterlibatan Tito di dalam penyelesaian konflik Poso. Kisah tentang Imam Masjid di Buyung Katedo dan beberapa yang lainnya sama sekali tidak ditulis. Sementara, mutilasi atas tiga orang pelajar putri SMA setempat ditulis. Saya meminta agar penulis mengeksplorasi lagi soal itu agar menghadirkan cerita tentang Poso secara utuh," sebut salah seorang insiator Deklarasi Malino itu.

Sofyan juga mengkritik isi buku tersebut. Menurutnya, referensi yang digunakan dalam buku ini masih sangat kurang. Sehingga terkesan ada ketimpangan dan yang dihasilkan dalam tulisan ini kurang menarik.

"Sulteng ini pernah menulis sebuah buku yang berjudul Derita Muslim Poso, Derita Kita Semua. Buku ini  dinilai dapat mendukung isi buku Tito Karnavian tersebut," katanya saat menjadi narasumber dalam bedah buku itu.

Kemudian, kata Sofyan, tidak ada satu penjelasan yang menggambarkan tentang Poso saat ini.

Kritikan juga disampaikan salah seorang narasumber, Dr Marzuki. Menurutnya  isi buku memuat informasi yang diulang-ulang. Sehingga cenderung membuat pembaca merasa bosan menelusuri tiap lembaran di buku tersebut.

"Ada banyak informasi dari isi buku ini yang selalu diulang-ulang. Untuk sekelas pembaca buku, pasti merasa bosan membaca isi buku ini," kata Ketua P4K Untad itu.

Marzuki mengatakan isi buku juga terkesan keluar dari prinsip peace journalism. Ia mencontohkan, ada penulisan tentang pemenggalan tiga siswi.  Dari tulisan ini, bisa mengundang dampak negatif terhadap pembaca.

"Coba dicarikan kalimat yang halus dan tidak mengundang pandangan negatif. Sehingga, apa yang ingin disampaikan penulis benar-benar difahami pembaca," katanya.

Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa dalam isi buku tersebut belum ditemukan pemikiran brilian dari sosok figur Tito Karnavian. Olehnya, salah seorang akademisi FISIP Untad itu menyarankan kepada penulis untuk menambahkan satu bab yang menggambarkan tentang pemikiran dari Tito Karnavian.

sementara Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Muzakir Tawil mengatakan, isi buku ini banyak mengambil penggalan kejadian di suatu tempat yang pernah dilakukan dalam hal penanganan radikalisme teroris. Sebagai buku yang memuat banyak informasi, memang  cukup berguna  untuk beberapa hal yang pernah ditangani Tito Karnavian.

"Sebagai pembaca yang baik, pasti yang membutuhkan informasi yang dibutuhkan. Namun, dalam buku ini memberikan sebuah solusi dari apa yang tertulis," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun