Ada satu tradisi yang sudah diketahui banyak orang di sana. Sesama pendaki saling menyapa satu sama lain dengan sebutan Pak untuk laki-laki dan Buk untuk perempuan. Awalnya saya merasa geli dipanggil Buk oleh orang yang lebih tua dari saya. begitupun harus memanggil  yang lebih muda dari saya. Tapi akhirnya ssaya terbiasa dan malah menjadi hobi untuk menyapa sesama pendaki.
"Soalnyo awak ndak tau sia yang wak sapo do," begitu jawaban yang saya dapatkan waktu itu.Â
Di sana kita (mungkin) harus beramah tamah ke sesama pendaki. "Semangat Pak! Semangat Buk! Aman Pak?" itulah kalimat yang sering saya ucapkan dan juga saya dapatkan di sana.
FYI aja sih. Di sepanjang perjalanan saya selalu bertemu dengan  orang-orang. Bahkan bisa berkali-kali bertemu dengan orang yang sama. Bahkan gue ga  merasa sedang di gunung karna banyak sekali bertemu orang.
Â
Bg Irfan di perjalanan
Bg Ruli di Perjalanan
Kami juga banyak bertemu dengan anak-anak Unand. Yang pakai tas putih itu kayaknya anak Unand juga. Tapi TITI (Tah Iyo Tah Indak) hahaha.
Rombongan kami terbagi-bagi. Karena ada yang terlalu bersemangat dan tinggallah yang beberapa orang di belakang. Gue, Bg Ruli, Bg Fikri, Bg Pran, Bg Arief menjadi rombongan itu. Kami cukup jauh di depan.Â