Ritual ini dimulai dengan para anggota yang datang ke Patane yang berlokasi di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, Toraja Utara untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Sebelum dibuka dan diangkat, para tetua membacakan doa dalam Bahasa toraja kuno. Patane merupakan sebuah kuburan keluarga yang bentuknya menyerupai rumah.
Jasad yang telah dikeluarkan tersebut kemudian dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah mayatnya dibersihkan, kemudian pakaian mayat tersebut diganti dengan pakaian yang baru. Selama prosesi tersebut para kaum lelaki membentuk lingkaran menyanyikan lagu dan tarian yang melambangkan kesedihan.Â
Hal ini berguna untuk memberi semangat kepada para keluarga yang ditinggalkan. Setelah semua keluarga melakukan ritual, kemudian mayat yang telah dibersihkan dituntun untuk berjalan mengelilingi kota sehingga ritual ini dikenal dengan mayat berjalan. Biasanya setelah para mayat tersebut sudah dibersihkan dan berpakaian rapi para anggota keluarga yang lain mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto bersama mayat.Â
"kalau mayatnya udah rapi, sudah dibersihin, biasanya kita (anggota keluarga) foto bareng mayat, diajak ngomong. kayak mayatnya hidup kembali gitu, terus diajak keliling kampung" Ujar Sarah(20) penduduk tator yang merantau keluar kota (28/12)
Biasanya, para pengunjung yang datang dibulan yang sama dengan ritual berlangsung sesekali menyaksikan mayat berjalan tersebut. Seperti yang dialami oleh Rizka (20). Rizka pernah berkunjung ke Tana Toraja bertepatan dengan ritual Ma'nene tersebut dilaksanakan.
 " Ritualnya serem banget ya, mayatnya dipakaikan baju rapi, kemudian diajak jalan ramai-ramai sama keluarganya keliling kampung. Serem tapi unik. Pertamanya kaget dan takut karna baru pertama lihat mayat jalan" ujar Rizka salah satu pengunjung tana toraja (28/12)
Setelah para mayat diajak berkeliling, kemudian para mayat dibungkus dan dimasukkan kembali ke patane atau kuburannya semula. Setelah semua ritual dilakukan, kemudian sebagai penutup dengan berkumpulnya para anggota keluarga dirumah adat Tongkonan untuk beribadah Bersama.
Kebanyakan pengunjung tana toraja terkejut melihat tradisi tersebut. Bagaimana tidak, mayat yang tinggal tulang belulang karena telah meninggal ratusan tahun berjalan-jalan mengelilingi kota. Tentu seram bukan?
Tradisi Ma'nene ini erat kaitannya dengan konsep hidup masyarakat Toraja bahwa leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi. Sehingga tak semestinya orang yang meninggal dunia, jasadnya dikuburkan dalam tanah. Ritual Ma'nene lebih dari sekedar membersihkan jasad dan memakaikan baju baru. Namun, tradisi itu dipercaya memiliki makna yang lebih yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja.
Walaupun Tana toraja dikenal dengan kota mayat berjalan, tetapi tana toraja selalu ramai pengunjung. Setiap pengunjung yang datang bertepatan dengan adat dilaksanakan, para pengunjung menghormati dan menyaksikan adat tersebut.