Mohon tunggu...
Rafika Meldy
Rafika Meldy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UIN RMS Surakarta

Saat raga dibekukan, maka tulisan yang mampu terus dialirkan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gimana Sih Rasanya Isolasi di Wisma Atlet?

1 Agustus 2021   22:28 Diperbarui: 2 Agustus 2021   17:33 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa kabar teman-teman ...

Tidak terasa sudah setahun lebih kita dicoba dengan COVID-19 yah! apa kabar mahasiswa semester 5? baru mulai kuliah satu semester langsung pindah haluan kuliah daring, eh nggak kerasa udah semester 5 aja.. wkwk

Oke, kali ini saya bakal sharing tentang pengalaman saya, saat dinyatakan positiv COVID-19 dan diharuskan isolasi di wisma atlet, eits ini bukan wisma atlet Jakarta ya, tapi di Pacitan, Jawa Timur.

Waktu itu setelah kami berduka atas kehilangan salah satu keluarga kami, tepat di tanggal 1 desember 2020 hasil swab saya dan kedua orang tua saya keluar, dan kami dinyatakan positif. Lalu kenapa kami tidak isoman (isolasi mandiri) saja di rumah? 

Jadi waktu itu kami merupakan kloter pertama yang dinyatakan positif COVID-19 di desa kami, jadi ya kami mengikuti anjuran dari petugas kesehatan saja waktu itu. Mungkin karena lingkungan kami kasus COVID 19 rendah, jadi kami diamankan hehe. Kami diangkut dengan mobil ambulans dan menempuh jarak sekitar 30 KM menuju wisma atlet yang terletak di kabupaten.

Karena saya yang paling muda dan paling sehat, jadi saya yang mengurus administrasi dan menyiapkan keperluan sekeluarga. Kami disuruh memperlihatakn KTP, jika tidak membawa minta tolong memfotokan oleh anggota keluarganya yang ada di rumah. 

Lalu kami diberi peralatan mandi dan selimut. lalu kami ditunjukan kamar tidur yang berlokasi di lantai 3.  Satu kamar berisi 2 orang, dengan fasilitas kamar mandi dalam, jemuran dan 2 tempat tidur dan yang paling bisa membuat aku nyaman adalah view di kamarku langsung terhubung ke hamparan sawah dan pegunungan yang ada di sisi barat kabupaten Pacitan.

Sekedar informasi saja, kala itu bertepatan dengan hari pertama aku melaksanakan UAS di semester 3. Sudah tidak karuan lah pokoknya ! wkwk.

Aktifitas kami tidak terjadwal secara khusus sih, kami diperbolehkan keluar kamar di pagi hari dan sore hari. dan setiap hari ada dokter dan psikolog yang memeriksa kesehatan fisik dan mental kami. Di dua waktu itu kami dipersilahkan untuk berolahraga, berjemur atau sekedar berjalan-jalan di sekeliling gedung wisma atlet.

Alkhamduliah yang saya syukuri kala itu adalah adanya fasilitas WIFI yang lumayan cepat, sehingga proses UAS saya bisa berjalan dengan lancar (karena kalau UAS di rumah sinyal sulit). 

Walaupun dengan kondisi psikis yang masih tidak karuan, mau tidak mau saya tetap harus mengikuti kegiatan tersebut dan saya juga sangat bersyukur dengan teman-teman dan saudara-saudara saya yang selalau mendukung dan mengirimkan doa untuk saya dan keluarga. 

Bantuan dalam bentuk moral dan material tidak henti-hentinya kami terima baik yang dikirimkan ke wisma atlet maupun untuk keluarga kami yang harus isolasi di rumah (masih ada keluarga saya yang hasil swabnya belum keluar, dan diharuskan isoman dulu)

Di hari kedua kami melakukan tes swab, di hari ke lima kami melakukan tes rapid. Pelayanan petugas medis sangat ramah dan baik. oiya menu makan ,kami diberi jatah makan 3 kali sehari. Menu komplit ada nasi, lauk, sayur, buah, susu dan snack udah kaya pelayanan hotel bintang  5 dah...! untuk lauk setiap hari bervariasi mulai dari ayam goreng, ikan lele, ikan nila, telur sampai ke tahu dan tempe goreng. 

Kami keluar dari wisma atlet tidak bersamaan karena kami hasil swab kami dan rapid tidak sama. Terakhir yang keluar dari sana adalah saya (wkwk nggak tau tuh lama banget negatifnya) 

Hal yang sangat berharga yang saya dapatkan dari tempat yang saya diami selama 12 hari adalah  waktu itu saya suka mendengarkan keluh kesah pasien lain, mereka banyak yang depresi karena harus dikurung disini. 

Rata-rata yang ada disana usia 50 tahun keatas, dan mereka mau berbagi kisahnya denganku. Karena aku  tidak punya teman seusiaku juga sih disitu. kisah-kisah yang mereka bagikan kepadaku sungguh membuatku trenyuh. 

Salah satunya adalah waktu itu ada keluarga kurang mampu, yang tidak tahu menahu tentang apa itu COVID19, waktu itu langsung pasrah saja saat ditracing dan dinyatakan positif dan harus diangkut kesini. Pandangan bingung dengan situasi yang terjadi sungguh nampak waktu itu. 

Setiap cobaan pasti ada hikmah kan? Banyak hal beharga yang aku dapat dari pengalaman ini.

Buat kalian yang membaca artikel ini boleh dong komen, atau bertanya  pengalamanku tentang COVID19 atau dunia perkuliahanku juga boleh.... 

Makasih ya udah membaca artikel ini,,, salam sehat !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun