""Apa kita akan berjumpa lagi?, semoga kita tak bertemu hanya karena aku membutuhkan pengobatan saja ya"",
""Tentu saja tidak, kau bisa menemuiku kapan saja Red"".
"Pertemuan yang mengesankan Red lecewing dan membuatnya ingin menemui Firda lagi. Di atas gladak aktivitas masih sibuk, walau hanya tinggal sisa-sisa saja. Para awak dengan sisa tenaga, membenahi beberapa kayu yang patah dan beberapa awak kapal yang terluka mulai memperoleh perawatan. Aktivitas di kapal berubah menjadi hiruk pikuk medis", Â
Masih di awal isi buku, terlihat anak perempuannya mulai beberapa kali menguap, matanya juga mulai redup. Gerimis di luar masih bertahan, membuat malam menjadi lebih dingin dari biasanya. Ia berencana melanjutkan cerita itu di keesokan hari saja, pikir sang Ayah.
"Sayang, kita lanjutkan besok lagi ya ceritanya, sekarang tidurlah, besok Ayah akan lanjutkan",
"Benar ya Ayah, aku akan penasaran dengan Red Lecewing dan Firda,apa mereka akan bisa bertemu lagi atau tidak, aku harap mereka bisa bertemu lagi ya Yah", suara sang putri mulai sangat pelan namun masih berusaha mengucapkan yang diinginkan.
"Tentu saja sayang, besok Ayah bacakan lagi, kita akan tahu apakah kapal dengan susunan kupu-kupu itu dapat bertemu daratan yang mereka impikan, sekarang kau tidur ya, esok harus sekolah", sang Ayah mengecup kening putrinya, tersenyum dan membenahi selimut yang sempat tersingkap.
"Selamat tidur sayang". Â Â
*******
Setelah hari itu tak pernah lagi sang ayah melanjutkan cerita untuk putrinya, walau selalu ditagih. Kesibukan pekerjaan yang hampir membuat mereka jarang bertemu dan melewatkan waktu bersama.
Anak perempuannya mulai bosan dan akhirnya berhenti berharap bahwa Ayahnya akan menepati janji. Hingga setahun berlalu, rupanya sang Ayah memang benar-benar lupa akan janjinya, bisa saja anak perempuan semata wayang itu membuka dan membaca sendiri isi buku itu, namun enggan saja melakukannya.