Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Kolam Susu Biasa

23 Mei 2019   00:05 Diperbarui: 23 Mei 2019   00:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

".....Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman"- Koesplus (Kolam Susu)

Petikan lirik lagu dari grup musik legendaris diatas tentu saja sebagai penggambarkan kondisi tanah yang makmur di negara kita. Tanah yang subur hingga "tongkat kayu dan batu jadi tanaman", seperti privilege yang diberikan untuk rakyat Indonesia dari sang pencipta. tentu harus kita jaga bersama untuk keberlangsungannya.

Saya yang terlahir di kota yang setiap hari selalu bisa merasakan nasi hangat, sayur dan lauk pauknya yang tersedia di meja makan atau dapat nyangkruk di warung sembari nyamil bakwan jagung dan tahu goreng, merasa begitu mudahnya mengakses keberlimpahan bahan pangan. Namun Ibu selalu marah bila saya menyisakan nasi walau tinggal sesuap.

"makan itu dihabiskan, kasihan petani yang menanam padi dan sayur, harus ngawasi tanaman padi dari hama, belum tentu juga panennya berhasil, kamu enak aja makan gak dihabiskan!", begitulah ibu mengomel bila mendapati saya malas menghabiskan makan.

Setelah saya pikir omelan ibu itu bisa saya maklumi. Kelangkaan pangan di beberapa negara telah menggejala, dan banyak pula yang rakyatnya mengalami kondisi kelaparan. Ancaman tersebut telah mulai dibicarakan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Vladivostok, Rusia, pada 8-9 September 2012, yang mengangkat tema ancaman krisis pangan global.

Isu krisis kelangkaan pangan ini lagi-lagi mengemuka setelah penduduk dunia diperkirakan akan melonjak menjadi 9 miliar pada tahun 2050. Setelah Organisasi Pangan dan Pertanian pada Agustus 2012 lalu mengeluarkan data kenaikan harga-harga pangan dan Departemen Pertanian Amerika Serikat kembali merevisi angka estimasi penurunan produksi pangan, terutama biji-bijian. Bahkan FAO secara serius mengingatkan Indonesia mengenai ancaman krisis pangan tersebut.

Rusia dilanda kekeringan hebat, sebagai salah satu produsen gandum dunia, sehingga kenaikan harga gandum mencapai 19 persen. Dan mempengaruhi kesediaan gandum dunia yang diperkirakan menurun menjadi 179 juta ton sehingga volume yang akan diperdagangkan pun akan menurun, berakibat naiknya harga gandum labih tinggi lagi. Indonesia masih tergantung pada impor gandum 100 persen, total impor gandum di Indonesia mencapai 6,6 juta ton. Kenaikan harga tepung terigu di dalam negeri akan punya dampak berantai yang bisa berpengaruh pada kinerja sektor riil di Indonesia. Untuk itu mau tidak mau pembangunan pertanian di Indonesia dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan harus senantiasa diwujudkan secara berkesinambungan.

Sedia Payung Sebelum Hujan

Apabila Kementrian Pertanian mengklaim dalam 4 tahun terakhir berhasil menurunkan inflasi bahan makanan dan mendongkrak ekspor pertanian juga meningkatkan investasi pertanian dari geregulasi bahkan produksi pertanian juga mendongkrak PDB sektor pertanian, tentu menjadi informasi yang memberi nafas segar. Namun tentu saja informasi tersebut jangan sampai membuat berpuas hati. Karena sejarah belum tentu terulang.

Kewaspadaan terhadap kondisi terburuk menjadi dorongan untuk meningkatkan kinerja utamanya pada sisi regenerasi petani. Petani menjadi ujung tombak pertanian, kualitas para petani menentukan produktifitas juga kualitas hasil pertanian.

Regenerasi yang dimaksudkan bukan hanya secara biologis melanjutkan turun temurun profesi sebagai petani yang telah dijalani generasi sebelumnya (orang tua dan soaudara biologis) melainkan juga menumbuhkan minat sejak dini para generasi muda pada bidang yang krusial ini. Tentu saja menumbuhkan minat tidaklah mudah, dibutuhkan usaha melalui edukasi dan sosialisasi.

Edukasi tak hanya dapat diakses dalam pendidikan formal saja melainkan juga dapat dilakukan dalam sekup informal, misalnya pembinaan petani muda dengan pelatihan-pelatihan, utamanya untuk pengembangan moderisasi pertanian.

Pengetahuan mengenai cara penggunaan mesin-mesin pengolah tanah, pemotong padi atau perontok, dan pengetahuan mengenai pupuk anorganik yang sebenarnya berpotensi merusak unsur kesuburan tanah juga harus dipahami. Sehingga muncul inovasi-inovasi dalam menyikapi permasalahan.

Inovasi-inovasi tersebut mendorong hasil produksi secara kuantitas juga kualitas pertanian. Seperti pada video berikut.


Dalam video diatas, dapat digunakan sebagai solusi mengatasi biaya produksi juga mengatasi masalah sampah plastik yang masih jadi persoalan. Limbah plastik dapat menghasilkan bahan bakar untuk menggerakkan mesin traktor dan/atau transportasi lainnya sebagai pendukung produksi hasil pertanian.

Video kedua menjadi solusi yang pada akhirnya memberikan nilai tambah pada limbah pasca produksi hasil pertanian untuk kemudian berguna sebagai pemasukan para petani. Tentu saja inovasi-inovasi tersebut membutuhkan sosialisasi dan pratikum secara langsung.

Pengetahuan dan informasi dapat diibaratkan menyediakan payung sebelum hujan.    

Yuk Melihat Lebih Dalam

Melihat potensi dalam bidang pertanian, memungkin menggerakkan pada sisi bisnis, yang lebih dikenal Agribisnis. Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.

Vokus yang bisa dikembangkan tak hanya bagaimana memproduksi hasil petanian namun pagaimana penyikapan pasca panen. produk-produk pertanian memiliki potensi mendapatkan keuntungan secara finansial. dan Agribisnis merupakan peluang yang dapat dikembangkan yang pada akhirnya melibatkan tak hanya petani melainkan anak-anak muda yang tertarik di bidang interpleneur.

Bukan Kolam Susu Biasa  

negara kita dengan segala potensi tanah yang dapat dihasilkan. relefan bila koesplus mengibaratkan tanah air kita adalah kolam susu, tongkat kayu dan batuan jadi tanaman. lalu selanjutnya bagaimana kita dapat menjaga dan menggali potensi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun