Mohon tunggu...
Rafi Kusuma
Rafi Kusuma Mohon Tunggu... Aktor - Something not knowing in formal

I wasnt a writter

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lifetime Past

18 Agustus 2019   04:57 Diperbarui: 18 Agustus 2019   05:06 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah jurnal tentang perjalanan waktu

Seorang anak yang menemukan sebuah jam tangan ajaib kontan hal itu mampu membawanya bertemu idolanya semasa remaja dan mengenal orang - orang baru hal seru apa saja yang di alaminya?

Sedang ia di incar oleh agen pemerintah karena menggunakan jam tersebut tanpa izin mampukah ia selamat dari kejaran mata - mata?

Prolog

Namaku Rafi aku hanya seorang anak biasa yang mengagumi sejarah sains serta seni. Aku anak tunggal, disini aku akan mencoba sedikit flashback atau kilas balik dari semua cerita yang ada di hidup ku.

Pada tahun 2017 aku pelajar sekolah menengah pertama, setiap waktu bagiku adalah hal yang begitu membosankan bertemu siswa siswi yang tentu tak menyukai ku. 

Entah karena apa mereka mungkin menganggap ku agresif dengan tingkah mereka yang katanya hanya bercanda? 

Kau bisa bayangkan jika seseorang hanya bisa melihat mu dari apa yang baru mereka tahu itu bukanlah hal yang menyenangkan bukan.

Pagi itu tes telah usai aku baru saja mengerjakan tugas lagi - lagi siswi baru itu membuat ku tak nyaman. 

Mungkin mereka ber pikir bahwa ia anak kota yang bisa menjadi favorit untuk teman di sekolah barunya. 

Aku mencoba untuk sabar melihat ekspresinya yang tak enak itu mungkin saja ia belum memakan keju sehingga ia tak pernah cheese seperti saat di depan kamera?

Mungkin semua ini terdengar membosankan bagimu yang membaca namun aku akan sedikit membawa mu untuk masuk ke imajinasi seperti sebuah kardus yang dapat membawa mu menjelajah melewati di mensi lain ! 

Aku akan mengajak mu ber nostalgia di mana suatu hal belum di anggap tabu,ambigu serta fanatik. Aku tengah terduduk di sebuah kantin yang sudah tak asing bagi ku. 

Sambil sekali aku melihat gadis yang lewat mereka tak menyapa ku entah mengapa apakah aku tak se tampan Paul atau George?

Seseorang menepuk pundak ku aku kaget ia ternyata Farel teman se kelas. Ia biasa saja seperti seorang saudara kami akur itulah kenapa kami masih berfikir waras sampai saat ini?

     "Kamu disini ternyata?" Tanya Farel ketika menemukan ku.

  

  "Memang kemana lagi?" Jawabku.

   "Udah kerjain pr belum nanti numpuk loh." Farel mengingatkan.

    

  "Kamu tenang aja." Kataku mencoba untuk santai.

  

   "Oh iya Iliana cari kamu tu katanya ada sesuatu yang mau, dia sampaikan sama kamu."

   "Apa menurut mu?" Tanyaku.

  

   "Kamu kesana aja dulu siapa tau dia suka gitu..." Suruhnya padaku sembari sedikit mendorong.

   "Gila kamu." Kesal ku.

Aku berlalu untuk menemui Iliana ia gadis yang cukup manis bagiku dengan senyum yang menawan tentunya serta potongan rambut sebahu ala 2000an.

   "Ada apa kamu cari saya?" Tanyaku mendekatinya sambil meletakan kedua tangan ku di meja.

  "Hehe nggak usah pakai bahasa formal juga kali aku tahu kok kamu suka, sejarah." Jawabnya sembari memasukan buku ke tasnya.

"Soal kemarin tugas sekolah?"

  

"Bukan ada tugas piket dari bu guru."

   

"Ha siap."

"Haha oke aku tunggu pulang nanti." Katanya beranjak dari bangku.

Bel sekolah berbunyi tak sabar semua murid berhamburan keluar mungkin di benak mereka hanya ada satu hal makanan. 

Aku hanya duduk melihat jam di kelas, menunggu Iliana yang sedang izin untuk megambil tugasnya di ruang guru.

Ada tiga gadis lewat di hadapan ku mereka tampak tak suka dengan ku lantas aku beranikan diriku berkata langsung pada mereka.

   "Hei kalian jangan seperti orang asing saat melihat ku!"

   "Ha kamu kan memang aneh, ketinggalan jaman."

  "Bukanya kalian justru yang melupakan, kultur sendiri?"

Tiga gadis asing itu pergi mereka memang menyebalkan mungkin cocok untuk main, film. 

Iliana kembali ke kelas ia mengambil sapu dengan tempat untuk buang sampah. 

   

  "Sorry ya aku ada urusan tadi."

  

  "Tenang saja sama saya."

  

  "Kamu nggak usah bersihin kelas, masukan kertas saja yang sudah tidak di pakai ke tempat sampah ini." Jelasnya padaku.

Jam piket kami selesai beberapa kali aku memergoki Iliana melihat padaku seperti ia sedang merasa ada sesuatu, yang berbeda dariku ia sesekali tersenyum.

Ataukah ia suka padaku? Entahlah aku tak tahu kenapa gadis - gadis selalu menjauh dari ku aku tak suka di takuti aku bukan monster atau mahkluk buas aku manusia?!

Pulang sekolah aku segera meletakan ransel ku di meja belajar sambil berganti pakaian aku minum setelah itu duduk di kamar. Sembari melihat ke arah kanan ku terdapat poster band, favorit Koesbers singkatan Koes bersaudara. 

Entah kenapa aku merasa tak adil pemerintah hanya memperhatikan arsip nasional saja tanpa memperhatikan arsip seniman kita seperti di eropa sana.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun