Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa | Writer in Progress | Copy Writer | Like Reading a Book

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kerapuhan Yang Sejati

27 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 27 Januari 2025   21:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kintsugi (seni tradisional Jepang) (Sumber: Image Generation)

"Kintsugi itu merupakan seni tradisional Jepang yang mengedepankan cara memperbaiki tembikar yang rusak dengan menggunakan pernis yang dicampur atau ditaburi dengan serbuk emas, perak, atau platinum. Sebagai sebuah filosofi, kintsugi mengajak kita untuk melihat kerusakan dan perbaikan sebagai bagian dari sejarah hidup suatu benda, bukan sebagai sesuatu yang perlu disembunyikan". Jawab kakek tadi. 

"Jadi, setiap kerusakan itu punya makna?" gumam remaja itu, berusaha menyerap setiap penggalan kata yang disampaikan kakek.

Dengan senyum lembut, kakek mengangguk. "Betul, nak. Kintsugi mengajarkan kita bahwa dalam setiap keretakan, ada keindahan yang bisa ditemukan. Mirip dengan hidup kita. Ketika kita menghadapi kesulitan, kadang kita merasa hancur. Namun, dari pengalaman itu, kita bisa bangkit dan menjadi lebih kuat." 

Rasa penasaran remaja itu semakin menggebu. "Kakek, apakah kakek juga pernah mengalami kerusakan dalam hidup? Seberapa banyak keindahan yang kakek temukan dari pengalaman itu?"

Kakek itu merenung sejenak, mengingat masa-masa ketika hidupnya penuh dengan tantangan. "Oh, tentu saja. Kehilangan orang tercinta, makanan yang gagal dimasak, atau impian yang tidak terwujud. Namun, dalam setiap kehilangan, aku belajar untuk merelakan dan menerima. Hal-hal yang tampak sepele seperti kegagalan dapat membimbing kita ke jalur yang lebih baik, seperti lapisan emas pada vas ini."

mendengarkan dengan seksama. Jiwanya yang sebelumnya dipenuhi dengan kebingungan kini bertransformasi seolah menyatu dengan filosofi kintsugi. Ia menyadari bahwa kehidupan tidak hanya tentang ketidaksempurnaan, tetapi juga tentang bagaimana cara menyusun kembali potongan-potongan yang rusak.

Dalam benaknya terpatri tekad untuk menjaga setiap pengalaman berharga yang telah membentuknya. "Kakek, saya ingin belajar membuat kintsugi. Saya ingin mengubahkannya menjadi bagian dari hidup saya."

Remaja itu pun pulang dengan semangat baru, membawa harapan yang kini terikat erat dengan filosofi yang mendalam. Ia mengerti bahwa dalam setiap kekurangan ada keindahan yang tersembunyi, menunggu untuk ditemukan. Dan ia juga  berjanji untuk memperbaiki setiap bagian dari dirinya, sampai akhirnya ia pun bisa bersinar lebih terang, layaknya lapisan emas pada vas kintsugi yang telah mengubah sebuah kerusakan menjadi sebuah karya seni yang abadi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun