Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan yang Menghantuiku

27 September 2024   11:39 Diperbarui: 27 September 2024   11:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raka merasakan hal yang jarang ia rasakan sebelumnya, bisa merasakan makan bersama mendiang ibunya adalah sesuatu yang benar-benar berharga. Ia menikmati saat-saat itu bersama Ibunya, terlihat dari bagaimana ekspresi keduanya di meja makan. Ia sadar seharusnya saat Ibunya masih hidup, momen seperti ini seharusnya sering ia lakukan. Namun, kala itu ia jarang melakukan nya karena betapa seringnya ia dahulu mengecewakan Ibu nya dengan perbuatannya.

Setelah momen hangat itu, ia teringat bahwa dirinya dahulu sering menyakiti perasaan Ibunya dan ia ingin meminta maaf dan menyesal telah berbuat seperti  itu dahulu. 

Tapi sering kali kejadian memang tidak sesuai dengan harapan. 

Arloji yang masih ia pegang saat ini, tiba-tiba berbunyi, "tik,tik,tik" dan cahaya kilat putih itu kembali muncul dan menyilaukan matanya. Sesaat itu ia terbangun dalam keadaan kembali ke usianya saat 30 tahun. Ia kembali ke masa depan. 

"Apakah aku sudah kembali ke masa depan?" ungkapnya. Ia buru-buru melihat ke arah cermin dan benar saja ia kembali ke dirinya semula. 

Seketika ia sadar bahwa kejadian itu mengingatkan dirinya untuk berhenti menyesali masa lalu. Sekira dirinya dahulu telah melakukan sebuah kesalahan tetap saja itu adalah sesuatu yang pernah terjadi dan tidak akan pernah berubah. 

Ada hal yang telah ia sadar dari kejadian ini, bahwa penyesalan atas masa lalu merupakan sesuatu yang tidak baik. Maka dari itu, ia berpikir untuk fokus dan bersyukur atas setiap waktu yang sekarang sedang ia jalani. Kini ia mendapatkan ketenangan atas masalah yang pernah ia lakukan dahulu. 

Arloji tua itu berdetak sesuai waktu ia masa kini, dan menunjukkan bahwa takdir akan tetap berjalan sesuai waktunya. Momennya bersama Ibu nya saat itu, adalah pelajaran bahwa kapanpun masanya ia harus menikmatinya dan jangan biarkan masa lalu mengganggu kehidupannya di masa kini. Ia sadar bahwa:

"penyesalan terbesar bukanlah tentang apa yang sudah terjadi, tetapi membiarkan masa lalu berlalu dan fokus pada masa kini agar hidupnya jauh lebih bermakna".   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun