Mohon tunggu...
Rafif Ahmad Fadilah
Rafif Ahmad Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Sungai Desa ke Podium Dunia: Perjalanan Emas Kevin

4 Juni 2024   14:32 Diperbarui: 4 Juni 2024   14:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kevin tumbuh di sebuah desa kecil yang jauh dari gemerlap kota besar. Keluarganya hidup dalam keterbatasan ekonomi; ayahnya seorang buruh harian dan ibunya menjahit pakaian untuk tetangga-tetangga. Meski demikian, mereka hidup bahagia dalam kesederhanaan. Sejak kecil, Kevin sangat menyukai air. Setiap kali ada waktu luang, ia akan berlari ke sungai yang mengalir di pinggir desa dan berenang sepuasnya.

Sejak usia lima tahun, Kevin sudah menunjukkan bakat alaminya dalam berenang. Gerakannya di air begitu lincah dan cepat. Anak-anak lain sering terpesona melihat Kevin yang bisa berenang melawan arus dengan mudah. Namun, keterbatasan ekonomi membuat Kevin tak pernah mendapatkan pelatihan formal. Ia hanya belajar dari pengalamannya sendiri dan pengamatan terhadap alam.

Saat Kevin beranjak remaja, mimpinya semakin jelas. Ia ingin menjadi seorang atlet renang profesional. Ia sering bermimpi mengenakan medali emas di lehernya dan mengangkat piala di podium tertinggi. Namun, ia sadar bahwa mimpi itu tidak mudah dicapai. Keluarganya tidak mampu membiayai pelatihan renang yang mahal, apalagi membeli peralatan renang yang memadai.

Baca juga: Hari Rabu

Suatu hari, saat Kevin sedang berenang di sungai, seorang pria paruh baya berdiri di tepi sungai memperhatikannya. Pria itu adalah Pak Arman, mantan atlet renang nasional yang kini tinggal di desa tersebut untuk menikmati masa pensiunnya. Terpesona oleh bakat alami Kevin, Pak Arman mendekatinya setelah ia selesai berenang.

"Anak muda, kamu hebat sekali berenangnya. Pernah ikut pelatihan formal?" tanya Pak Arman.

Kevin menggeleng. "Tidak, Pak. Saya hanya berenang di sungai ini sejak kecil."

Pak Arman tersenyum. "Bagaimana kalau saya melatihmu? Saya yakin kamu punya potensi besar."

Kevin sangat gembira mendengar tawaran itu. "Tentu saja, Pak! Tapi, saya tidak punya uang untuk membayar pelatihan."

"Jangan khawatir soal itu. Saya melatihmu tanpa biaya. Anggap saja ini sebagai sumbangsih saya untuk bakat sepertimu."

Mulai saat itu, Kevin berlatih setiap pagi dan sore bersama Pak Arman. Mereka menggunakan sungai sebagai kolam latihan. Pak Arman mengajarkan teknik-teknik renang yang benar, strategi dalam lomba, dan pentingnya menjaga kebugaran tubuh. Kevin mengikuti setiap instruksi dengan tekun dan disiplin.

Namun, perjalanan Kevin tidak selalu mulus. Beberapa tetangga meremehkan mimpinya. "Mana mungkin anak buruh bisa jadi atlet terkenal?" komentar mereka sinis. Tapi, Kevin tidak pernah putus asa. Ia membuktikan diri dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah.

Suatu ketika, ada lomba renang antar desa yang diselenggarakan di kota terdekat. Kevin sangat ingin ikut, tapi ia tidak memiliki biaya untuk transportasi dan pendaftaran. Mengetahui hal ini, Pak Arman mengumpulkan sumbangan dari tetangga-tetangga yang akhirnya terkumpul cukup untuk keberangkatan Kevin.

Pada hari perlombaan, Kevin merasa gugup melihat kolam renang besar dan para pesaing yang sudah berpengalaman. Namun, ia mengingat semua ajaran Pak Arman dan fokus pada lintasan di depannya. Ketika peluit tanda dimulai dibunyikan, Kevin melesat seperti ikan di air. Semua teknik dan latihan yang selama ini ia jalani terasa mengalir dengan sempurna.

Kevin berhasil finis di urutan pertama. Semua penonton bersorak riang. Air mata bahagia mengalir di pipinya saat ia berdiri di podium, menerima medali pertamanya. Ia melihat Pak Arman di antara penonton, tersenyum bangga.

Kemenangan itu membuka banyak pintu bagi Kevin. Ia mendapatkan beasiswa untuk berlatih di pusat pelatihan renang di kota. Keluarganya sangat bangga dan mendukung penuh kepergiannya. Di sana, Kevin berlatih dengan fasilitas lengkap dan pelatih profesional. Ia tidak pernah melupakan akar dan bagaimana ia memulai semuanya dari sungai kecil di desanya.

Selama bertahun-tahun, Kevin terus berprestasi di berbagai kompetisi, baik nasional maupun internasional. Ia menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di desanya dan di seluruh negeri. Kevin selalu berbicara tentang pentingnya memiliki mimpi dan bekerja keras untuk mencapainya, tidak peduli seberapa besar rintangan yang ada.

Pada Olimpiade pertama yang ia ikuti, Kevin berhasil meraih medali emas. Saat berdiri di podium tertinggi, ia mengingat semua perjuangannya, dukungan keluarganya, dan terutama, bimbingan dari Pak Arman. Dengan bangga, ia mengangkat medali emasnya, mengetahui bahwa segala keterbatasan yang ia hadapi tidak pernah mampu menghentikan mimpinya.

Ketika kembali ke desanya, Kevin disambut sebagai pahlawan. Ia memberikan sebagian dari hadiah yang ia terima untuk membangun fasilitas olahraga di desa, agar anak-anak lain memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meraih mimpi mereka. Kevin percaya bahwa dengan semangat dan dukungan, setiap anak bisa mencapai bintang, tak peduli dari mana mereka berasal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun