Mohon tunggu...
Azk4xx
Azk4xx Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMP

Hobi: Memainkan/Membuat musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Pendek: Kepuasan

30 November 2023   23:30 Diperbarui: 1 Desember 2023   08:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Andra, dan aku memiliki adik bernama Aqeela. Kami adalah kakak beradik yang sangat dekat. Kami berdua adalah seniman terkenal yang sering mengadakan pameran lukisan bersama. Aku bangga dengan adikku yang berbakat dan cantik. Aku selalu melindungi dan mendukungnya dalam segala hal.

Suatu hari, kami mengadakan gala lukisan di sebuah hotel mewah. Aku berkeliling melihat hasil karya kami yang dipajang di dinding. Aku merasa puas dan bahagia. Tiba-tiba, aku melihat seorang pria yang menarik perhatianku. Dia berambut hitam, bermata coklat, dan berbadan tinggi. Dia sedang memainkan gitar di sudut ruangan. Aku mendekatinya dan bertanya siapa namanya.

"Namaku Abraz. Aku adalah pemain gitar. Mungkin kamu pernah mendengarkan aku di radio nasional. Aku suka musik dan seni. Kamu siapa?" jawabnya dengan senyum ramah.

"Aku Andra. Aku adalah orang yang melukis lukisan yang ada di depanmu! Aku dan adikku, Aqeela, adalah yang mengadakan pameran ini. Kamu suka lukisan kami?" tanyaku balik.

"Ya, tentu saja. Lukisan kalian sangat indah dan mengesankan. Aku kagum dengan bakat kalian. Bolehkah aku mengajakmu berjalan-jalan dan melihat lebih banyak lukisan kalian?" katanya sambil menawarkan tangannya.

Aku mengangguk dan menerima tangannya. Kami berjalan-jalan sambil berbincang-bincang tentang seni dan musik. Aku merasa nyaman dan senang bersamanya. Aku melihat Aqeela yang sedang berbicara dengan tamu lain. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku. Aku membalas senyumnya dan mengangkat jempol. Aku berpikir, hari ini adalah hari yang sempurna.

Aku pulang dari gala tersebut dan jatuh cinta dengan Abraz. Mulai dari hari itu, kami sering bermain bersama, seperti bermain ke taman kota, menonton film, atau makan malam. Aku merasa dia adalah jodohku. Aku ingin mengakui cintaku kepadanya. Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukannya.

Aku mengajaknya ke tempat favoritku, yaitu taman bunga. Lagipula, itu dimana ulang tahunku selalu dirayakan! Aku membawakan bunga mawar merah untuknya. Aku berharap dia akan menerimanya dan membalas perasaanku. Aku menemukannya di tengah taman. Dia sedang duduk di bangku sambil memegang gitar. Aku mendekatinya dengan hati berdebar.

"Hai, Abraz. Aku senang kamu datang. Aku punya sesuatu untuk kamu." kataku sambil memberikan bunga mawar merah kepadanya.

"Terima kasih, Andra. Bunga ini sangat cantik. Seperti kamu." jawabnya sambil tersenyum.

Aku merona mendengar pujian itu. Aku merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan cintaku. Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan lantang.

"Abraz, aku mencintaimu. Aku sudah lama menyukaimu. Aku ingin kamu menjadi pacarku. Aku ingin kita bersama selamanya. Apa kamu mau menerima cintaku?"

Aku menatap matanya dengan harap. Aku menunggu jawabannya dengan tegang. Aku berdoa semoga dia merasakan hal yang sama. Tapi, sebelum dia bisa menjawab, aku mendengar suara yang tidak kusangka-sangka.

"Andra, Abraz. Aku datang." teriak Aqeela sambil berlari ke arah kami.

Aku menoleh dan melihat adikku yang tersayang. Dia memakai gaun putih yang anggun. Dia membawa kue ulang tahun untukku. Dia tersenyum lebar dan bersemangat. Aku terkejut dan bingung. Aku tidak tahu dia akan datang.

"Aqeela, apa yang kamu lakukan di sini?!" tanyaku dengan nada heran.

"Aku datang untuk merayakan ulang tahunmu, kak. Aku tahu ini adalah tempat favoritmu. Aku ingin memberimu kejutan. Aku juga membawa Abraz. Dia adalah pacarku. Kamu tahu kan?" jawabnya sambil memeluk Abraz.

Aku terdiam mendengar kata-kata itu. Aku tidak bisa percaya. Abraz adalah pacar Aqeela? Sejak kapan? Mengapa aku tidak tahu? Aku melihat Abraz yang menatapku dengan raut wajah yang sulit kutebak. Apa dia merasa bersalah? Apa dia juga mencintaiku? Apa dia bingung?

Aku melihat mata Aqeela yang berkilau. Dia tampak bahagia dan bangga. Dia menunjukkan cincin di jarinya. Aku sadar itu adalah cincin yang pernah kubeli untuk Abraz. Aku berencana memberikannya saat mengaku cinta. Tapi, ternyata cincin itu sudah ada di tangan Aqeela. Aku tahu Aqeela mencintai Abraz. Aku bisa melihatnya dari matanya.

Aku merasakan sesuatu yang menusuk hatiku. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku merasakan cinta yang terpendam. Aku mencintai Abraz. Tapi, dia adalah pacar adikku. Aku tidak bisa merebutnya dari adikku. Aku tidak bisa menyakiti adikku. Aku mencintai adikku. Tapi, dia merebut cintaku. Aku tidak bisa memaafkannya. Aku tidak bisa melupakannya.

Aku tersenyum palsu dan berkata dengan suara yang bergetar.

"Selamat ulang tahun untukku. Terima kasih sudah datang. Terima kasih sudah memberiku kejutan. Terima kasih sudah memberiku cinta."

"...Selamat tinggal."

Aku berbalik dan berlari meninggalkan mereka. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya tahu, aku tidak akan pernah bahagia tanpa Abraz.

Patah hati, dalam hatiku aku ingin mengakui cintaku ke Abraz di depan Aqeela, tetapi aku tahu itu akan mematahkan hubungan aku dengan adikku. Dengan pasrah, setiap hari aku membantu adikku untuk semakin dekat dengan Abraz, dan itu berhasil. Aku mungkin iri, tetapi aku tetap sayang dengan Aqeela.

2 tahun telah berlalu, Aqeela menikah dengan Abraz. Aku menjadi wanita terhormat dalam pernikahan mereka. Aku berterima kasih kepada Abraz untuk telah menjadi temanku sekaligus siap menjadi iparku. Tetapi, Abraz menanyakan aku sesuatu.

"Waktu 2 tahun lalu... Maaf ya", dia cakap dengan nada bersalah.

"Oh, tidak apa-apa! Malahan aku senang kok, mengetahui adikku menikah dengan pemain gitar yang terkenal!"

Setelah berterima kasih, aku keluar dari tempat pernikahan mereka. Orang-orang datang dengan senang, aku keluar dengan perasaan yang tidak bisa saya ungkapkan ke orang-orang. Ternyata sudah malam hari. Dari kejauhan, saya dapat melihat mereka menari bersama. Aku iri. Aku iri dengan Aqeela. Mengapa? Mengapa Tuhan mempunyai rencana lain? Mengapa dia tidak menjadi pasanganku? Aku pergi ke taman bunga favoritku, dan melihat kolam yang ada disana. Kolamnya jernih, dan mengkilau karena cahaya bulan.

"Indah sekali. Seperti dia."

Lelah dengan apa saja yang saya sedang pikirkan, saya duduk di bangku dekat dengan kolam itu. Melihat bulan, sambil mengeluarkan air mata...
Ku berkata, "Aku tidak akan pernah puas tanpanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun