Mohon tunggu...
Rafi Mohammad Alfadhl
Rafi Mohammad Alfadhl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung Hobi berimajinasi, menulis dan berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Pondok tapi Pacaran: Hal yang Lumrah?

10 Maret 2024   01:02 Diperbarui: 10 Maret 2024   01:26 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang dilakukan saat pacaran

Tulisan ini didasari "bacaan" terhadap lingkungan dan fenomena yang ada.

Sudah lebih dari 3 bulan yang lalu saya off social media karena satu dan lain hal. Hidup saya tidak semulus jalan tol rupanya wkwk.

Sekarang hari minggu tanggal 10 maret 2024 pukul 00:28 saya kepengen nulis apa yang jadi keresahan saya.

Setelah lulus SD Alhamdulillah waktu itu saya diterima di SMP 8 Kota Bandung (UjungBerung) yang mungkin pada saat itu bisa dikatakan sekolah Favorit Cluster 1/2 di Bandung. Pada waktu yang sama, saya juga sudah masuk di sekolah SMP Plus Al-Aqsha selama satu bulan. Gundah lah pikiran ini, seorang anak kecil yang masih labil harus memilih antara terang atau gelap, antara siang atau malam, antara pesantren atau sekolah umum, tapi saat itu saya berpikir mandiri bahwa di keluarga kecil maupun keluarga besar tiada satu pun orang yang "mendalami" ilmu agama. Hal tersebutlah yang mendasari "yaudahlah tetap stay di Pesantren". 

Di Pesantren kegiatannya sungguh tertatur, Kita di didik selama full 24 jam. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali semuanya adalah pendidikan. Berangkat subuh ke masjid, pembagian kosa-kata, mandi, makan, berangkat sekolah, shalat dhuha sampai tidur kembali rutin kami lakukan. intinya Pembelajaran agama (Quran & Hadits) tuh bener bener ditanamkan oleh para ustadz kepada kami selaku santri. 

Singkat cerita setelah lulus Pesantren dan saya berkuliah di salah satu Universitas, saya melihat bahwa tidak semua lulusan pondok itu bisa menjadi produk yang berhasil dari pondoknya. 

Awalnya saya pikir bahwa lulusan pondok itu tidak akan pacaran.

Awalnya saya pikir bahwa lulusan pondok itu tidak akan mabok.

Awalnya saya pikir bahwa lulusan pondok itu tidak akan Narkoba.

Awalnya saya pikir bahwa lulusan pondok itu Sholeh/Sholehah.

Ternyata itu hanya pikiran saya saja, realitasnya sangat berbeda.

Hal yang menjadi perhatian saya adalah kok santri/santriwati (lulusan pondok) bisa sampai pacaran? Apa mereka lupa dengan dalil dalil yang ustadz ajarkan, apa mereka lupa dengan status mereka sebagai lulusan pondok? Kalau lupa biar saya ingatkan.

Saya sebagai lulusan pondok yang sedikitnya belajar walaupun sebentar cuma tiga tahun merasa heran kepada mereka semua. Padahal udah tahu ilmunya tetapi kok masih mereka lakukan. Entah apa yang ada di pikiran mereka, Diluar Nurul ga manuk akal.

Tapi disisi lain jujur saja saya sebagai lulusan pondok suka ada keinginan (Kabita/tergiur) untuk pacaran seperti mereka mereka, seperti konten yang ada di social media, seperti teman teman saya. Tapi mengapa ketika ingin melangkah selalu ingat bahwa itu tuh gaboleh, itu tuh terlarang, itu tuh tidak sesuai dengan apa yang ustadz ajarkan ketika di pondok (Kahalang ku Elmu).

Kalau boleh saya klasifikasikan bahwa lulusan pondok terbagi menjadi 3 tipologi

1. Lulusan pondok Putih (Paham + taat)

2. Lulusan Pondok Hitam (tidak paham + tidak taat)

3. Lulusan Pondok Abu2 (Paham + tidak taat + mencari pembenaran dengan istilah setiap bani adam salah dan yang paling baik ialah yang bertaubat)

Yaa entah tulisan ini memberikan insight atau tidak tapi tulisan ini saya persembahkan buat diri saya pribadi sebagai pengingat. Intinya bagi pembaca kalau mau baik yaa baik sekalian, jangan tanggung tanggung. Terlebih kamu lulusan pondok. Apa kamu lupa kamu pernah menjadi santri/santriwati? Apa kamu lupa dengan apa yang diajarkan ustadz/dzahmu, apa kamu lupa bahwa pacaran itu mendekatkan kamu pada zina?, apa lebih banyak hal positifnya atau negatifnya pacaran tuh?, apa kamu tidak takut dan malu denganNya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun