Ternyata itu hanya pikiran saya saja, realitasnya sangat berbeda.
Hal yang menjadi perhatian saya adalah kok santri/santriwati (lulusan pondok) bisa sampai pacaran? Apa mereka lupa dengan dalil dalil yang ustadz ajarkan, apa mereka lupa dengan status mereka sebagai lulusan pondok? Kalau lupa biar saya ingatkan.
Saya sebagai lulusan pondok yang sedikitnya belajar walaupun sebentar cuma tiga tahun merasa heran kepada mereka semua. Padahal udah tahu ilmunya tetapi kok masih mereka lakukan. Entah apa yang ada di pikiran mereka, Diluar Nurul ga manuk akal.
Tapi disisi lain jujur saja saya sebagai lulusan pondok suka ada keinginan (Kabita/tergiur) untuk pacaran seperti mereka mereka, seperti konten yang ada di social media, seperti teman teman saya. Tapi mengapa ketika ingin melangkah selalu ingat bahwa itu tuh gaboleh, itu tuh terlarang, itu tuh tidak sesuai dengan apa yang ustadz ajarkan ketika di pondok (Kahalang ku Elmu).
Kalau boleh saya klasifikasikan bahwa lulusan pondok terbagi menjadi 3 tipologi
1. Lulusan pondok Putih (Paham + taat)
2. Lulusan Pondok Hitam (tidak paham + tidak taat)
3. Lulusan Pondok Abu2 (Paham + tidak taat + mencari pembenaran dengan istilah setiap bani adam salah dan yang paling baik ialah yang bertaubat)
Yaa entah tulisan ini memberikan insight atau tidak tapi tulisan ini saya persembahkan buat diri saya pribadi sebagai pengingat. Intinya bagi pembaca kalau mau baik yaa baik sekalian, jangan tanggung tanggung. Terlebih kamu lulusan pondok. Apa kamu lupa kamu pernah menjadi santri/santriwati? Apa kamu lupa dengan apa yang diajarkan ustadz/dzahmu, apa kamu lupa bahwa pacaran itu mendekatkan kamu pada zina?, apa lebih banyak hal positifnya atau negatifnya pacaran tuh?, apa kamu tidak takut dan malu denganNya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H