Kedua film diatas Charlie's Angels (2019) dan Lucy (2014) merupakan film yang sama-sama menceritakan tentang peran wanita yang mendominasi pada sebuah cerita laga aksi yang biasanya diperankan oleh pemeran laki-laki.
Pada film ini juga memperlihatkan bahwa wanita mampu menandingi laki-laki bahkan bisa mengalahkan mereka dan berbeda dengan budaya yang ada seperti pria yang selalu lebih kuat dibandingkan dengan perempuan yang sering dianggap lemah.Â
Pada lingkungan sekitar sangat sering terjadi deskriminasi terhadap kaum perempuan dan budaya ini sudah terjadi sejak waktu yang lama. Kedua film ini menunjukkan bahwa wanita merupakan alat yang bisa diatur oleh para pria, bahkan cenderung dengan mudah dapat ditindas.
Membahas mengenai gender tidak jauh dari laki-laki dan perempuan, tentunya selalu ada pembanding tentang adanya perbedaan dalam gender. Muhtar (2002) menyebutkan bahwa gender merupakan konotasi dalam sebuah lingkungan masyarakat dalam menentukan peran sosial yang mempunyai dasar jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Â
Akan tetapi hal ini menimbulkan adanya ketidakadilan gender. Hal ini dapat kita lihat pada kedua film tersebut, adanya perlakuan yang berbeda terhadap kaum laki-laki dan perempuan.
Komunikasi massa lewat film
Film kini digunakan sebagai media dalam melakukan proses pengiriman pesan kepada para penontonnya, suatu pesan yang diberikan oleh para produsen film kepada khalayak diberikan pada setiap adegan yang ada pada sebuah film. Salah satunya pesan mengenai gender sampai tentang feminisme.
Selanjutnya penulis akan membahas mengenai teori feminisme, pada budaya sekitar perempuan dilihat sebagai seseorang yang lebih lemah dibanding laki-laki.Â
Namun setelah muncul feminisme kini perempuan tidak lagi dilihat sebagai seseorang yang lemah sehingga mendapatkan peran yang lebih besar dari sebelumnya (Ryan, 2012).