Mohon tunggu...
R.m raffi Ardiansyah
R.m raffi Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya memberikan opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Myanmar dan Analisis Menurut Segitiga Konflik

2 Maret 2023   19:33 Diperbarui: 2 Maret 2023   20:37 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis segitiga konflik:

Apa itu segitiga konflik?

Pada akhir tahun 1960-an Galtung mengajukan sebuah model konflik yang berpengaruh, meliputi konflik simetris atau pun konflik tidak simetris. Dia menyatakan bahwa konflik dapat dilihat sebagai sebuah segitiga, dengan rincian: (C): Konteks/Kontradisi. (B): Sikap. (A): Perilaku. Di sini konteks atau kontradiksi merujuk pada dasar situasi konflik, termasuk “ketidakcocokan tujuan”. Hal ini biasanya dirasakan oleh pihak yang bertikai, karena disebabkan oleh “ketidakcocokan antara nilai sosial dan struktur sosial” (Miall, 2000).

Sederhananya, sikap menciptakan perilaku dan pada gilirannya menciptakan konflik atau konteks. Atau sebaliknya, konflik atau situasi menimbulkan sikap dan perilaku

Galtung berpendapat bahwa ketiga komponen ini harus muncul bersama-sama dalam sebuah konflik total.

Galtung secara tidak langsung dapat menggambarkan atau melihat munculnya kekerasan akibat konflik, yaitu kekerasan langsung, struktural dan kultural.

Seperti yang bisa Anda lihat dari gambar di atas, ada garis yang menunjukkan adanya garis antara kekerasan yang terlihat dan tidak terlihat. Tentang setiap bentuk kekerasan dapat dikatakan bahwa: 1). Kekerasan langsung seringkali didasarkan pada penggunaan kekuasaan (resource power). 2). Kekerasan struktural adalah penciptaan pelaksanaan kekuasaan struktural, seperti seseorang yang memiliki otoritas untuk membuat kebijakan publik. 3). Kekerasan budaya adalah kekerasan berdasarkan ideologi atau budaya (Susan, 2009).

Lalu apa hubungan nya dengan kondisi dan situasi myanmar?

Pada saat ini kondisi Myanmar masih dikuasai militer.kondisi Myanmar seperti yang sudah di sebutkan di atas sempat mengalami pemerintahan militer sebelum menjadi demokrasi.ini yang membuat militer mengkudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Mynt.

Keyakinan bahwa militer berhak menguasai negera yang menjadi salah satu faktor Jenderal Min Aung Hlaing melakukan hal ini(kekerasan kulturan)

Kembali nya pemerintah militer  menyebabkan kekerasan struktur karena masyarakat sudah biasa dengan demokrasi belum diperburuk dengan tindakan tindakan militer yang sering tidak manusiawi menyebabkan distrust di masyrakat myanmar. pada saat ini.perbedaan kepentingan antara masyarakat myanmar dan militernya menyebabkan situasi semakin memanas.Di awali dengan demonstrasi lalu mulai dengan penyerangan kepada demonstran yang membuat situasi memburuk.dari hanya demo menjadi situasi bersiap perang sipil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun