Mala pun merasa malu dan minder, hingga akhirnya dia pergi dari panggung lalu meninggalkan pesta. Melihat Mala yang tiba-tiba pergi, sang Puteri pun langsung mengejarnya. Puteri pun tetap mengejar Mala dan berteriak memanggilnya, "BERHENTI MALA". Pada akhirnya Mala pun berhenti dan sang Puteri langsung memeluknya lalu menangis. Sang Puteri tidak ingin Mala meninggalkan dirinya, karena Puteri sudah sangat jatuh cinta pada Mala. Akhirnya Mala pun ikutan menangis dan langsung menjelaskan mengapa ia berlari meninggalkan pesta.
 Mala menjelaskan bahwa ia merasa tidak pantas menjalin hubungan dengan sang Puteri, karena Mala hanyalah rakyat biasa dan miskin. Ia pun juga merasa kalau ia tidak pantas berada dilingkungan yang isinya adalah orang-orang berkelas dan kerabat dari keluarga kerajaan, karena menurutnya ia lebih pantas berada di kota biasa dan menggembala kuda. Sang Puteri pun langsung paham apa maksud dari Mala, tetapi tetap ia tidak ingin Mala pergi dari hidupnya. Puteri berkata ke Mala, bahwa ia bisa menjadi seorang  pangeran dan menikah dengan si Puteri.
Tetapi Mala tetap pada pendiriannya, bahwa tidak bisa sang Puteri kerajaan menikah dengan seorang penggembala miskin. Singkat waktu hal tersebut menjadi kenyataan, mereka tidak lagi bertemu untuk waktu yang lama. Hal tersebut sudah menandakan bahwa hubungan mereka telah kandas. Walaupun Mala masih sangat mencintai sang Puteri, ia harus tetap ikhlas meninggalkannya.Â
Hingga pada suatu hari ketika ia sedang membaca surat kabar, ia membaca berita bahwa sang Puteri telah menikah oleh pangeran dari kerajaan timur. Hal itu pun membuat Mala merasa bahagia, tetapi di hatinya tidak bisa berbohong. Kalau ia tetap merasa sedih dan Mala pun mulai menangis. TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H