Mohon tunggu...
Bimo Rafandha
Bimo Rafandha Mohon Tunggu... Programmer, Blogger - Blogger. Storyteller.

Pemintal kata di www.bimorafandha.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Itinerary Staycation Singkat di Palembang, Sehari Menyusuri Sungai Musi

31 Maret 2020   11:26 Diperbarui: 31 Maret 2020   11:45 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klenteng tertua di Palembang (Dok. Kanal Wisata)

Puas mengitari Pulo Kemaro, silakan kembali naik ketek menuju Kampung Al Munawar! Kampung ini adalah kampung Arab tertua yang ada di Palembang. Yang istimewa dari kampung ini adalah rumah-rumah dengan arsitektur khas arab dengan kayu-kayu besar berumur ratusan tahun yang masih berdiri kokoh.

Bangunan tua Al Munawar (Dokpri)
Bangunan tua Al Munawar (Dokpri)
Kampung Al Munawar diyakini sebagai kampung imigran asal Yaman yang sudah ada dari zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Selama lebih dari 9 generasi, kampung yang kurang lebih terdiri atas 7 kepala keluarga ini masih melestarikan kebudayaan khas Timur Tengah. Yang menarik tentu keberadaan sebuah bangunan bergaya Limas dengan ukiran kayu khas Palembang. Ada pula Al Quran dengan tinta emas yang tersimpan rapi sebagai harta warisan kampung ini.

Lingkungan di Kampung Arab. (Dokpri)
Lingkungan di Kampung Arab. (Dokpri)
Jika berkesempatan mengunjungi kampung ini, jangan lupa pula mencoba kopi khas masyarakat setempat. Di sini pula, terdapat tradisi makan besar bernama 'Munggahan'. Dengan menu khas Kampung Arab seperti nasi mandi, kari ayam, gulai kambing, hingga sambal bisa kalian cicipi dengan latar keindahan sungai Musi dan diiringi alunan musik khas Arab yang mengalun secara langsung. Namun pastikan telah memesannya terlebih dahulu hari-hari sebelumnya, ya! Menarik bukan untuk pemberhentian makan siang?

Pukul 14.00 -- 15.30 -- Klenteng Dewi Kwan Im 10 Ulu

Satu lagi bangunan khas Tionghoa yang masih dilestarikan hingga sekarang. Klenteng Kwan Im atau Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi adalah sebuah bangunan peribadatan yang biasa digunakan untuk berdoa beragam agama dan kepercayaan. Klenteng ini tepat berada di pinggiran sungai Musi---tepatnya di perkampungan 10 ulu Palembang. Dengan jarak tempuh kurang lebih 5 menit dari Kampung Arab Al Munawar, rasanya sayang jika melewatkan klenteng tertua yang ada di Palembang ini.

Klenteng tertua di Palembang (Dok. Kanal Wisata)
Klenteng tertua di Palembang (Dok. Kanal Wisata)
Bangunan yang diyakini sudah ada sejak tahun 1773 ini memiliki ornamen khas Tiongkok yang amat kental. Di pintu masuk, dua patung naga berdiri kokoh menyambut. Masuk sedikit ke dalam, di pelatarannya terdapat dua pagoda mini yang berada di sisi kanan dan kirinya. Dan tepat di bangunan utamanya, atap merah khas Tiongkok tersaji dengan atap berwarna merah menyala.

Ingat, jika tidak memiliki keperluan kalian cukup mengambil gambar di pelatarannya saja, ya! Hanya itu? Nggak dong. Di belakang bangunan ini, ada penjual makanan khas Palembang yang jarang ditemukan: Teluk Ukan. Letaknya persis di belakang klenteng ini. Cocok kan buat makanan ringan ketika sore menjelang? Sempatkan untuk mencicipinya bersama ketan bakar, ya!

Telok Ukan (Dokpri)
Telok Ukan (Dokpri)
Pukul 15.30 -- 17.00 -- Kampung Kapitan

Tak jauh dari Kelnteng Dewi Kwam In, terdapat sebuah rumah seorang kapten yang melegenda di Palembang yaitu Tjoa Kie Tjuan yang memimpin sisi barat ulu sungai Musi pada tahun 1830 - 1855. Kampung Kapitan adalah kawasan cagar budaya yang terdiri atas dua rumah panggung tua yang diyakini sudah ada sejak zaman Dinasti Ming.

Salah satu yang paling menarik perhatian ada di rumah pertama. Ornamen eksotisme Tionghoa tersebar dengan aksen berwarna merah menyala yang memanjakan mata. Dari luar, kita bisa melihat bentuk rumah limas khas Palembang. Bagian tengahnya merupakan ruang terbuka yang biasa digunakan untuk menerima tamu. Dan di ujung dari rumah ini, terdapat altar terbuka untuk ziarah para leluhur. Bau dupa terkadang juga tercium ketika memasukinya.

Pintu Masuk (Dokpri)
Pintu Masuk (Dokpri)
Altar (Dokpri)
Altar (Dokpri)
Rumah kedua dipakai dulu sebagai rumah pemerintahan. Dengan suasana lebih kelam dan kayu-kayu lapuk yang menua, rumah ini memiliki kesan yang lebih luang. Memasuki pintu, kita sudah dihadapkan dengan ruang luas yang sisi-sisinya ditutup pintu-pintu kamar. Rumah inilah yang dulu digunakan sebagai tempat menginap para tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun