Mohon tunggu...
Rafdiansyah  MHI
Rafdiansyah MHI Mohon Tunggu... Penulis - Penghulu Ahli Muda

Juara 1 Nanang Banjar Tahun 2004, Nanang Banjar Komunikatif 2003

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penurunan Stunting, Apa Kontribusi Kita?

3 November 2022   20:50 Diperbarui: 3 November 2022   21:34 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memulai dari Peran Keluarga 

Kita bisa cegah dan kita bisa turunkan angka prevalensi stunting dengan cara mendukung program penurunan stunting yang dimulai dari keluarga terkecil di rumah. 

Memberikan informasi perkawinan dan kesehatan bagi calon pengantin baru yang akan membentuk keluarga kecil adalah contoh yang sederhana yang harus kita mulai dari sekarang. 

Menurut dr. Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap stunting diantaranya, kawin diusia muda, beresiko melahirkan anak stunting, anemia, kondisi ibu yang kurang gizi berpotensi melahirkan anak stunting (artikel berita online). 

Lantas, hal apa yang menjadi kontribusi kita secara mandiri untuk mencegah stunting jika kita dihadapkan pada isu stunting yang mengglobal ini? 

Jawabannya tentu kita terlibat secara langsung dan memastikan beberapa hal penting sebagai usaha yang dimulai dari diri kita sendiri, yakni : kita bisa memastikan menikah atau kawin (berpasangan secara halal) diusia diatas 19 tahun,memastikan memeriksakan kesehatan 3 bulan sebelum perkawinan, memastikan kesehatan dan kebersihan lingkungan rumah (sanitasi), memastikan asupan gizi yang cukup bagi orangtua dan janin/ bayi dalam kandungan, serta memastikan pemberian ASI eksklusif selama 2 tahun kepada bayi. Tiga pasti yang pertama dilakukan pranikah, dua pasti selanjutnya ketika mulai ditakdirkan menjadi orangtua baru. 

Mengapa stunting perlu dicegah? karena dampak yang ditimbulkannya sangat kompleks, diantaranya anak terlahir stunting memiliki kelemahan mental, bodoh, kerdil, dan penyakitan! Jika hal ini terjadi dimasa yang akan datang, maka sudah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami penurunan indeks kualitas manusia nya, pembangunan nasional bidang sumberdaya manusia akan terganggu. 

Kementerian Agama yang menjadi leading sector keberagamaan antar umat secara kelembagaan terlibat aktif, bahkan secara lintas sektoral. 

Terkait isu penurunan stunting, beberapa program unggulan prioritas dilaksanakan sebagai tanggung jawab terhadap masyarakat Islam, terutama pada sektor penyiapan keluarga berkualitas dengan melakukan bimbingan perkawinan secara bertahap pada tiap jenjang usia, ada program BRUS, bimbingan remaja usia sekolah, BRUN, bimbingan perkawinan pranikah hingga pemberdayaan ekonomi umat dalam rangka revitalisasi KUA yang mengangkat keberadaan KUA next level, KUA dengan wajah baru, modern yang menjadi pusat layanan keagamaan (PUSAKA SAKINAH) garda depan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun