BEBERAPA PEDOMAN UNTUK ORIENTASI DAN AKSI EKOLOGI
(Mikael Ekel Sadsuitubun-Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng)
       Artikel ini merupakan bentuk ringkasan bab V dari Ensiklik Laudato Si. Pada bagian ini, Paus Fransiskus mencoba mengkaji situasi umat manusia saat ini dengan mengamati baik berbagai krisis yang terjadi di dalam dunia beserta penyebab-penyebabnya. Terlepas dari kenyataan bahwa dengan adanya krisis maka diperlukan adanya usaha perubahan maka Paus mengajukan beberapa dialog yang sekiranya dapat membantu kita untuk keluar dari berbagai krisis yang menghancurkan dan menenggelamkan kita.
1. Dialog Dalam Lingkungan Dalam Politik Internasional (Artikel 164-175)
       Secara umum dalam dialog ini, Paus Fransiskus berbicara tentang dunia yang telah mengalami berbagai macam pemasalahan. Dan untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan kesadaran dari dunia internasional dalam hal ini politik internasional (Negara-negara) untuk menanggulangi permasalahan yang terjadi. Artikel 164 berisi tentang keadaan sejak pertengahan abad lalu, setelah mengatasi banyak kesulitan, kita makin cenderung untuk melihat planet ini sebagai tanah air kita, dan umat manusia sebagai satu bangsa yang tinggal dalam suatu rumah bersama.
       Dalam artikel 165 kita mengetahui bahwa teknologi yang menggunakan bahan bakar fosil sangat mencemari terutama batubara, tetapi juga minyak dan pada tingkat lebih rendah gas perlu diganti, secara bertahap dan tanpa menunda. Dalam artikel 166 sampai dengan artikel 169 berisi tentang gerakan ekologi sedunia telah bergerak maju secara signifikan, diperkaya oleh upaya berbagai organisasi masyarakat sipil. Artikel 170 sampai dengan artikel 175 berisi tentang beberapa strategi untuk mengurangi emisi gas po-lutan mengusahakan internasinalisasi biaya lingkungan, dengan risiko bahwa negara-negara yang kekurangan sumber daya harus menanggung kewajiban pengurangan emisi yang lebih berat dibandingkan dengan negara-negara industri.
2. Dialog Untuk Kebijakan Baru Nasional Dan Lokal (Artikel 176-181)
      Dalam dialog ini, Paus Fransiskus menekankan menekankan tentang kebijakan-kebijakan baru di tingkat nasional maupun lokal. Pemerintah perlu mengambil kebijakan-kebjakan baru yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam negara baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah (lokal).  Artikel 176 dan 177 mengulas bahwa pemenang dan pecundang bukan hanya ada di antara negara-negara, tetapi juga di dalam negara-negara yang miskin, di mana tanggung jawab yang berbeda harus diidentifikasi. Pada artikel 178 disebutkan bahwa politik yang mengejar hasil langsung, yang juga didukung oleh penduduk yang konsumeristis, memaksa untuk menghasilkan pertumbuhan dalam jangka pendek. Artikel 179 mengulas bagaimana di beberapa tempat dikembangkan koperasi untuk mengeksploitasi sumber energi yang terbarukan, yang memungkinkan swasembada lokal, dan bahkan penjualan surplus energi. Pada artikel 180 dan 181 dapat disebutkan pula manajemen transportasi yang baik, dan membangun atau memperbaiki gedung dengan cara mengurangi konsumsi energi dan tingkat polusi.
3. Dialog Dan Transportasi Dalam Pengambilan Keputusan (Artikel 182-188)
       Dalam dialog ini, Paus Fransiskus menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan. Maksudnya, pembangun harus didasarkan pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang baik, benar, matang dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya.  Artikel 182 dan 183 mengungkapkan sebuah analisa mengenai dampak lingkungan seharusnya tidak baru diadakan setelah rancangan sebuah proyek produksi atau salah satu kebijakan, rencana, atau program sudah dibuat.
        Artikel 184 dan 185 mengungkapkan beberapa proyek yang tidak dianalisis secara memadai, dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup dalam suatu daerah karena berbagai alas an, seperti kebisingan yang tak terduga, pengurangan panorama, hilangnya nilai-nilai budaya, efek-efek penggunaan energy nuklir. Dalam artikel 186 dan 187 mengungkapkan setiap diskusi tentang suatu usaha baru, serangkaian pertanyaan harus diajukan untuk melihat apakah, atau tidak, usaha itu akan menyumbang kepada pembangunan yang benar-benar integral. Artikel 188 dalam diskusi tentang masalah-masalah lingkungan tertentu tidak mudah untuk mencapai consensus.
4. Politik Dan Ekonomi Dalam Dialog Untuk Pemenuhan Manusia (Artikel 189-198)
      Pada dialog ini, Paus Fransiskus menegaskan akan bagaimana cara kerja dari politik dan ekonomi baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Politik dan ekonomi harus saling menunjang dalam pemenuhan manusia, namun keduanya perlu menyesuaikan dengan lingkungan (alam) agar tidak membawa dampak buruk bagi alam.  Artikel 189 berisi tentang dimana politik tudak harus tunduk pada ekonomi dan ekonomi tidak harus tuntuk pada perintah atau paradigm efisiensi teknokrasi.  Dalam artikel 190, pola pikir profit tidak ada ruang untuk berpikir tentang irama alam, fase layu dan regenerasi, atau tentang kompleksitas ekosistem yang dapat serius diubah oleh campur tangan manusia.
      Artikel 192 dan 193 mengungkapkan bahwa diversifikasi produksi membuka amat banyak kesempatan bagi kecerdasan manusia untuk berkreasi dan berinovasi, sambil serentak melindungi lingkungan serta menambah lapangan kerja. Artikel 194 dalam hal ini mengulas jalan tengah hanya sedikit menunda keruntuhan. Yang diperlukan adalah mendefinisikan ulang pengertian kita tentang kemajuan. Artikel 195 berprinsip maksimalisasi keuntungan yang cenderung dipisahkan dari pertimbangan lain, mencerminkan salah paham akan konsep ekonomi. Artikel 196 mengungkapkan benar bahwa saat ini beberapa sector ekonomi menjalankan kekuasaan lebih besar daripada negara-negara sendiri. Artikel 197 dan 198 mengungkapkan dimana politik tidak mampu mendobrak cara berpikir yang sesat itu, dan tetap terjebak dalam wacana yang tidak konsisten, kita terus tidak akan menanggapi masalah-masalah utama umat manusia.
5. Agama-Agama Dalam Dialog Dengan Ilmu (Artikel 199-201)
        Pada dialog ini, Paus Fransiskus berbicara tentang hubungan antara Agama dan Ilmu dalam kaitannya dengan lingkungan (alam). Kita sebagai orang beriman dituntut untuk mencintai alam dan Agama serta Ilmu pengetahuan berupaya untuk secara bersama-sama membangun dialog ekologis. Artikel 199 melihat bahwa tak dapat diklaim bahwa ilmu pengetahuan empiris memberikan penjelasan lengkap tentang kehidupan, hakikat terdalam semua makhluk dan keseluruhan realitas. Artikel 200 melihat bagaimana pun juga, orang-orang beriman harus diundang untuk konsisten dengan iman mereka sendiri dan tidak menyangkalnya dengan tindakan mereka. Artikel 201 melihat dimana mayoritas penduduk planet ini menyatakan dirinya beriman; hal ini harus mendorong agama-agama untuk masuk ke dalam dialog dengan maksud melindungi alam, membela orang miskin, dan membangun jaringan persaudaraan yang saling menghormati. Sebuah dialog di antara pelbagai ilmu sendiri juga diperlukan karena masing-masing cenderung menutup diri dalam batas-batasnya sendiri, dan spesialisasi mengarah ke isolasi dan pemutlakan bidang pengetahuannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H