Antroposentrisme modern menempatkan pola pikir teknis di atas realitas, karena manusia tidak lagi merasakan alam sebagai norma yang berlaku, atau sebagai tempat perlindungan hidup. Sekarang saatnya untuk kembali memperhatikan kenyataan supaya pengembangan manusiawi dan sosial lebih sehat dan subur yang didukung dengan antropologi Kristiani yang memadai. Kurangnya perhatian dan kesadaran untuk mengakui dampak ekologis dan menjujung tinggi nilai orang miskin, embrio manusia atau oorang cacat, maka sulit melihat jeritan alam sendiri. Tidak seorangpun dapat mengabaikan kemanusiaan, karena tidak ada pembaruan alam tanpa pembaruan kemanusiaan.[6]Â
     Pemikiran Kristiani memandang manusia memiliki martabat istimewa melebihi makhluk ciptaan lain. Oleh sebab itu untuk hubungan tepat dengan dunia ciptaan, tidak perlu melemahkan dimensi sosial manusia. Manusia dan alam saling terkait maka dibuthkan penghargaan di antara keduannya. Perlu mengembangkan sintesis baru yang mampu mengatasi pemikiran palsu. Hal ini senantiasa direfleksikan oleh Kristianitas yang telah diterimanya dari Yesus Kristus dan menyatakannnya kembali dalam dialog dengan situasi secara baru yang mengungkapkan kebaruan yang abadi.[7]Â
Relativisme PraktisÂ
    Relativisme harus melayani kepentingan langsung dan yang membantu adalah logika untuk memahami sikap-sikap tertentu yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Budaya relativisme adalah penyakit yang mendorong orang untuk mengeksploitasi sesamanya dan memperlakukannya sebagai objek saja dan mewajibkannya untuk kerja paksa. Oleh karena itu, janganlah kita berpikir bahwa upaya politik dan kekuasaan dapat mencegah perilaku yang berdampak pada lingkungan hidup, apabila kebudayaan sudah korup dan tidak ada kebenaran obyektif maka perlu dihindari dengan adanya pemaksaan.[8]Â
Kebutuhan untuk melindungi pekerjaan
     Dalam kisah penciptaan Allah menempatkan manusia untuk mengerjakannya agar menghasilkan buah. Dengan kata lain, manusia menjadi sarana Allah untuk meweujudkan potensi yang telah diberikan. Arti dan tujuan aktivitas manusia adalah membawa perubahan di bidang pekerjaan mulai dari pengembangan penelitian sosial sampai dengan proyek perkembangan teknologi. Manusia belajar mencari pematangan dan kekudusan dalam permenungan dan pekerjaan yang saling mempengaruhi. Hal itu membuat manusia lebih peduli dan  hormat terhadap lingkungan. Pekerjaan menjadi tempat penegembangan manusia dalam setiap dimensi kehidupan yang penting. Oleh karena itu, dalam realitas sosial global perlu memberi prioritas terhadapa akses pekejaan tetap bagi setiap orang. Tujuan utama pekerjaan adalah meningkatkan pengembangan manusia, membantu orang miskin dan solusi untuk mengatasi keadaan darurat serta  untuk hidup bermartabat. Agar terus ada lapangan pekerjaan, perlu memajukan ekonomi yang mendorong keragam produksi dan kreativitas kewirausahaan. Dengan demikian menghasilkan kekayaan dan dan memperbaiki dunia dan untuk kesejaheraan umum.[9]Â
Teknologi biologis yang baru
      Kekuasaan manusia ada batasnya dan tidak boleh menyiksa binatang dan membunuhnya dengan cara yang tidak wajar. Gereja juga menghargai sumbangan studi dan aplikasi biologi yang dilengkapi dengan disiplin ilmu pengetahua yang dilakukan berdasarkan tanggung jawab dari manusia. Dalam hal ini, campur tangan manusia pada tumbuhan dan hewan dengan maksud untuk memanfaatkan peluang yang tersedia dalam realitas materiil. Ada kesulitan untuk tujuan pengobatan maupun pertanian karena ada perbedaan satu sama lain dan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang berbeda untuk mewujudkannya. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi yang telah membantu untuk mencegah masalah-masalah yang tidak boleh dipandang reme. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian dan pemeliharaan yang bertanggung jawab secara terbuka. Namun di sisi lain, sungguh mencemaskan bahwa beberapa gerakan lingkungan kadang-kadang tidak menerapkan prisnsip-pinsip yang sama untuk hidup manusia.[10]
Â
Daftar Pustaka
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, terj. Martin Harun OFM. Jakarta: Penerbit Obor, 1984.