Jarak. Lima huruf dengan makna luas. Ada yang memaknainya sebagai sebuah kelemahan ada juga yang memaknainya sebagai kekuatan. Kelemahan saat tidak bisa menggapai sesuatu hal yang jauh, sehingga diliputi rasa khawatir dan gundah. Kekuatan saat menjadikan jarak sebuah cara pendewasaan diri, menahan nafsu untuk kebaikan pribadi di masa yang akan datang.Â
Sebagai seorang remaja yang dimabuk asmara, jarak menjadi penghalang dalam sebuah hubungan. Rasa rindu menyelimuti diri ini setiap saat tanpa kenal waktu. Ingin rasanya selalu berada di samping belahan jiwa. Rasa rasanya waktu sangat lambat berlalu jika tidak melihat sang pujaan hati ada di depan pupil.Â
"Nanti kita ketemu lagi ya, bulan depan". Kata-kata itu yang selalu kami ucapkan sesaat setelah kami bertemu. Sebuah janji yang berusaha kami tepati setiap bulannya. Penuh dengan resiko, perjuangan dan pengorbanan untuk menepati janji itu. Tapi janji tetaplah sebuah janji yang harus ditepati untuk mempertahankan hubungan ini.Â
Sudah lima tahun kami menjalani long distance relationship. Banyak yang bilang LDR hanya bisa dijalani oleh orang orang yang sabar dan kreatif. Ya, kami diantara kategori orang orang tersebut. Sabar untuk menanti kapan harus bertemu, kreatif untuk melakukan hal baru bersama menghilangkan rasa bosan dan lelah setelah sama sama disibukkan dengan kehidupan dewasa.Â
Perbedaan pekerjaan antara kami mengharuskan kami saling lebih mengerti satu sama lain. Aku bekerja di industri fashion yang setiap hari bertemu dengan client baik laki-laki atau perempuan. Melakukan negosiasi dan menguras tenaga untuk menciptakan ide ide cemerlang untuk mendukung pekerjaanku. Ia bekerja sebagai seorang dokter bedah di rumah sakit swasta ternama di Ibukota. Tidak pernah memperhatikan penampilan karena harus melawan waktu untuk menyelamatkan pasien. Puluhan bahkan ratusan nyawa sudah berhasil ia selamatkan melalui tangannya. Anugrah dari Tuhan, aku mendeskripsikan tangannya. Selain bisa menyelamatkan banyak orang, ia juga menyelamatkan jiwaku dan menenangkanku.Â
Event kantorku akhirnya usai. Setelah satu bulan berkutat dengan meeting yang bertubi-tubi, beragam client, dan vendor. Helaan nafas lega diantara aku dan tim. Akhirnya malam malam anxiety bisa kami lewati dan kami akan menyambut malam ketenangan. "Selamat, Ibu Clarine dan tim, acaranya luas biasa" ucap Pak Viktor salah satu Direktur di kantorku. Aku membalasnya dengan senyum ramah sambil mengucapkan terima kasih pada seluruh tim. Sehabis beberes sisa acara tadi sore, kini aku sudah berada di dalam kamar apartemenku yang nyaman. Sebuah keputusan tepat menyewa service cleaning room untuk kamarku sehingga sekarang aku bisa istirahat dengan nyaman di dalam kamar.Â
Kringgg kringgg kringgg .... Bel kamarku berbunyi nyaring, sontak menyadarkanku dari lamunan di kamar mandi. Sambil tergopoh-gopoh aku segera keluar untuk menemui orang yang memencet bel itu dengan sangat semangat. Ah rupanya kurir JNE langgananku. Aku berterima kasih sambil melemparkan senyum manis. Kubaca pengirim paket itu. Dave, lelaki kesayanganku setelah ayahku.Â
Sontak aku kegirangan mendapatkan hadiah darinya. Dua lembar tiket konser tunggal piano yang akan dilaksanakan di Jakarta Aquarium. Tanpa berfikir panjang kuambil handphone dan menelepon Dave. Tanpa perlu menunggu lama, orang diseberang handphone sudah mengangkatnya sambil berkata "Suka sama hadiahnya, sayang?". Betapa beruntungnya aku memiliki Dave yang sangat paham isi hati dan keinginanku. Rasanya seperti menemukan belahan jiwaku.Â
Hari yang kutunggu pun tiba. Selain menanti Dave datang di apartemenku, aku juga menunggu Mas Agus, kurir JNE langgananku. Ada sebuah kemeja dan jam tangan baru yang hendak kuberikan pada Dave. Kemeja ini merupakan couple set dari dress yang aku kenakan, berwarna navy, warna kesukaannya.Â
Kringgg Kringgg Kringgg... yang ditunggu-tunggu, Mas Agus pun datang sambil membawa paketku. "Semangat sekali Mbak Clarine ambil paketnya". Aku hanya tersenyum malu karena rasa bahagiaku ternyata dirasakan oleh orang sekitarku. Sebelum menutup pintu kamar, aku mengucapkan terima kasih pada Mas Agus karena selalu setia mengantarkan paketku tepat waktu. Bahkan, ia menjaga paketku terlebih dahulu saat aku tidak berada di apartemen.Â
Pernah waktu itu, ada paket urgent yang harus aku gunakan untuk event, dan Mas Agus rela mencarikan paketku di gudang sortir dan sigap mengantarnya di kantorku. Tidak hanya itu, Mas Agus menjadi orang yang bisa kuandalkan saat tidak ada Dave.Â