Mohon tunggu...
Rafael Darian Kapuangan
Rafael Darian Kapuangan Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

suka kucing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gawai, Teknologi Modern Penyebab Keterlambatan Bicara dan Komunikasi pada Anak

8 November 2024   23:26 Diperbarui: 9 November 2024   03:39 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di zaman modern saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa gawai merupakan bagian dari kehidupan yang sulit dihindari. Gawai mempermudah kehidupan sehari-sehari. Gawai berfungsi sebagai alat komunikasi, alat pencari informasi, alat rekreasi, dan lainnya. 

Meskipun begitu, harus diketahui bahwa gawai ini ternyata bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, apalagi pada anak-anak yang otaknya masih berkembang. Masalah kesehatan mulai dari yang umum diketahui masyarakat seperti mata yang kualitasnya memburuk, adiksi terhadap gawai, juga menyebabkan keterlambatan berbicara bahkan berisiko menjadi autisme.

Dua puluh tahun yang lalu sangat jarang kita mendengar seorang anak didiagnosa keterlambatan bicara, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), ataupun autisme. Namun saat ini, kita menjumpai anak-anak dengan kondisi seperti itu di sekeliling kita.


Bila dahulu, kemampuan anak bicara tidak banyak dikuatirkan oleh orangtua dan tenaga kesehatan, namun saat ini, semakin banyak anak didiagnosa terlambat bicara. Keadaan ini menyebabkan para peneliti mencari apakah salah satu faktor risiko gangguan perkembangan bahasa pada anak-anak. Apa perbedaan generasi lalu dan generasi sekarang? Salah satu pembeda utama adalah paparan screen time pada anak.

Sebelum era internet, kita melihat anak-anak bermain di luar rumah bersama teman-teman maupun ayah ibu. Namun sekarang, anak-anak lebih banyak bermain sendiri di layar. Tak jarang, kita melihat seorang anak kecil duduk didorong di kereta dorong sambil memegang gawai. 

Gawai diberikan orangtua agar anak dapat duduk tenang dan tidak berlarian kesana kemari. Di sebuah meja di rumah makan, sudah lazim satu keluarga duduk bersama namun alih-alih saling berinteraksi, masing-masing sibuk dengan gawainya.

Para peneliti pun melakukan berbagai penelitian yang membandingkan antara jumlah paparan screen time pada bayi dan balita, terhadap kemampuan berbahasa. Berbagai penelitian di dunia menemukan bahwa bayi yang mendapat paparan gawai waktu kecil, ternyata memiliki risiko keterlambatan berbicara lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak dikenalkan gawai sejak dini.

Paparan gawai ternyata menyebabkan bagian otak untuk berkomunikasi menjadi kurang stimulasi. Penggunaan gawai satu arah juga menyebabkan kurangnya interaksi dua arah, kurang interaksi dengan orangtua dan orang tua, sehingga anak tidak berusaha berkomunikasi untuk mengungkapkan keinginannya. Bila berlangsung jangka panjang, kemampuan otak untuk berkomunikasi semakin terhambat.

Seorang anak tidak akan belajar untuk menangkap bola lewat sebuah layar. Mereka akan belajar dengan memegang bola tersebut, merasakan tekstur dan berat bahan pembuat bola tersebut, kemudian dengan cara mencoba-coba sendiri agar bisa menangkap bola dengan teknik yang paling optimal. Kombinasi Ini merupakan metode agar seorang anak dapat meningkatkan kemampuan motorik mereka. 

Jadi, selain mengurangi screen time, penting juga untuk menyemangati anak untuk menjadi terlibat dalam pembelajaran yang bersifat berpengalaman lewat bermain dengan mainan karena itulah yang mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis yang dini.

Gawai juga ternyata menjadi risiko terhadap gangguan pada perkembangan saraf yang menyebabkan Autism Spectrum Disorder (ASD). ASD ini biasanya menyebabkan seseorang untuk mengalami gangguan dalam perilaku mereka, terutama dalam berkomunikasi. 

Meskipun sebenarnya ASD ini merupakan spektrum yang jangkauannya panjang dan ada beberapa orang dengan ASD dengan kemampuan berkomunikasi yang  cukup baik, tetapi yang lainnya biasanya memiliki kemampuan yang kurang dibandingkan aspek-aspek lainnya yang mereka miliki. 

Autisme ditandakan dengan fokus yang terlalu tinggi, hal ini bisa dipicu berbagai macam faktor, tapi salah satunya adalah paparan terhadap gawai pada usia yang muda (0-5 tahun) ketika masa emas perkembangan otak anak.

Pengaruh gawai terhadap seorang anak yang otaknya masih berkembang bisa digambarkan seperti makanan bergula. Mungkin kalau diberikan sedikit akan membuat mereka senang, merasa terhibur, dan mengalami pengalaman interaksi yang baru. 

Namun, apabila diberikan terus-menerus, apalagi pada usia yang begitu penting dalam perkembangan saraf dan kerja otak anak, tentu bisa menghambat anak tersebut dan berdampak buruk, bahkan dapat mengubah struktur otak seorang anak. Ketika seorang anak yang harusnya bermain, berinteraksi, bereksplorasi dan berteman, sebaiknya tidak diganggu dengan paparan terhadap gawai.

Gawai ini harus selalu dibatasi, dan sebaliknya anak harus diberikan peluang untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung, kemudian mendapatkan pengalaman yang nyata dan mengesankan bersama orang tua mereka. 

Orang tua di sini harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak mereka. Orang tua harus bisa menyingkirkan gawai mereka sendiri ketika berinteraksi dengan anak. Mereka harus berkomitmen untuk memilki fokus penuh dan mengajarkan serta mengasuh anaknya dengan layak dan baik.

Mengingat risiko dampak buruk gawai pada anak, sudah sewajarnya pemakaian gawai pada anak usia dini dihindari. Pendapat ini tidak berlebihan, karena pengenalan gawai usia dini lebih banyak dampak buruknya dibandingkan manfaatnya. 

Orang tua dan pengasuh dapat memanfaatkan media lain untuk bermain dan melatih perkembangan otak anak. Aktivitas fisik, permainan sensorik dan juga berinteraksi bersama tanpa gawai, jauh lebih bermanfaat untuk masa depan seorang anak. Kemudahan yang disediakan oleh gawai tidak sebanding dengan risiko yang diakibatkannya di kemudian hari. 

Apabila seorang anak akan mulai diperkenalkan ke gawai, harus diingat usianya, jenis paparannya, dan tentu saja tidak dibiarkan sendirian dengan gawai, melainkan ditemani dan dibimbing selalu. Selain itu, jumlah waktu paparan terhadap gawai harus sangat dibatasi sesuai dengan usianya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun