Lelah aku menjalani hidup ini. Semuanya dipenuhi dengan imajinasi, tak ada satupun dari mereka yang mengenal Nita. Badanku semakin lelah, tanpa sadar aku sudah tertidur dengan posisi duduk. Dingin, lagi-lagi dingin. Kurasa tadi
rumah sakit yang baru saja aku lihat terlihat sibuk dan ramai oleh suster dan juga pasien. Namun, kondisinya sekarang sangat sunyi seakan-akan tak ada satu orangpun selain diriku.
"Nita..." aku mencoba memanggil kembali namanya.
"Ya?" sahut Nita.
"Dimana kamu tadi? Dari tadi aku menanyakan dirimu ke semua orang. Dan juga tak ada yang mengenal dirimu sejauh ini. Siapakah kamu? Mengapa buku itu kamu pegang?" Tanya Nita penuh amarah.
"Kalau kamu ingin jawaban ikutilah aku sekarang" jawab Nita
Bergegas aku mengikuti dia, dan tiba-tiba langkahnya terhenti di depan sebuah lemari tua yang sudah rapuh. Nita mengambil sebuah kunci dan membuka lemari itu dan....
Wa...j.a..h yang aku lihat di dalam foto-foto itu Nampak sangat mirip
dengan... N..i.t.a
"Aku tau kamu terkejut, dari ekspresi wajahmu itu sudah menggambarkan
banyak hal" ucap Nita.
"Dan satu hal lagi Nala, kamu tidak harus bersedih dengan semua ini. Memang
terkadang butuh pengorbanan untuk kehidupan selanjutnya yang akan lebih
indah" ucap Nita kepadaku agar tidak terlalu bersedih akan hal ini.
"Tapi, mengapa kamu menyembunyikan dirimu terus dan tidak
memberitahukannya kepadaku?" Tanya Nala dengan kesedihan yang teramat
mendalam.
"Aku butuh waktu anakku" balas Nita.